Rabu, 07 Maret 2018

shalat


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Bentuk dan jenis Ibadah sangat bermacam-macam, seperti Shalat, puasa, naik haji, membaca Al Qur’an, jihad dan lainnya.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin  yang sudah baligh berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan bagaimanapun. Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa yang mendirikan shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam  sebanyak lima kali, berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh tanpa terkecuali baik dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan susah maupun senang, lapang ataupun sempit. Selain shalat wajib yang lima ada juga shalat sunaah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan hakekat shalat?
2.      Mengapa Allah mewajibkan shalat?
3.      Apa tujuan dan fungsi shalat ?
4.      Bagaimana akhlak dalam shalat?
5.      Apa hikmah dari shalat?
6.      Apa makna spiritual yang terkandung dalam shalat?
7.      Apa ancaman bagi orang yang meninggalkan shalat?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui hakekat shalat.
2.      Untuk mengetahui alasan Allah mewajibkan shalat.
3.      Untuk mengetahui tujuan dan fungsi shalat.
4.      Untuk mengetahui akhlak dalam shalat.
5.      Untuk mengetahui hikmah shalat.
6.      Untuk mengetahui makna spiritual shalat.
7.      Untuk mengetahui ancaman bagi orang yang meninggalkan shalat.






























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakekat Shalat
Shalat berasal  dari kata shalla secara harfiah berarti seruan atau doa, yakni seruan seorang hamba kepada Tuhan, pencipta seluruh alam. Jadi shalat adalah bentuk doa paling murni atau paling tinggi. Sebagaimana termaksud di firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah 103 yang artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Sedangkan shalat dalam arti rahmat bisa ditemukan dalam QS. Al-Ahzab: 43.

هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
“ Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzab: 43)
Menurut pengertian syara atau secara istilah, shalat ialah ibadah dalam bentuk perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas dan khusyu, dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam menurut syarat-syarat dan rukun –rukun yang telah ditentukan syara’.  Dari pengertian ini bisa diambil pemahaman bahwa seorang yang melakukan shalat dituntut agar seluruh sikap dan perhatiannya ditunjukkan semata-mata hanya kepada Allah SWT.
Didalam islam, shalat mempunyai arti penting dan kedudukan yang sangat istimewa, antara lain :
1.      Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah SWT yang perintahnya langsung diterima Rasulullah SAW pada malam Isra mi’raj.
2.      Shalat merupakan tiang agama.
3.      Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat.
Ibnul Qoyyim rahimahullah menguraikan hakikat shalat, “Tidak dapat diragukan bahwa shalat merupakan perkara yang  menggembirakan hati bagi orang yang mencintainya dan merupakan kenikmatan ruh bagi orang yang mengesakan Allah, serta parameter jalan menuju Allah. Shalat merupakan rahmat Allah yang dianugerahkan kepada hamba-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka untuk bisa melaksanakannya dan memperkenalkannya sebagai rahmat dan kehormatan bagi mereka, karena dengan shalat memperoleh kemulian dan keberuntungan karena dekat dengan-Nya. Dengan shalat, hati dan seluruh anggota tubuh beribadah. Dalam shalat, Allah menjadikan bagian (anugerah) untuk hati lebih sempurna dan lebih besar, yaitu berupa hati bisa menghadap kepada Rabb nya, tidak berpaling kepada selain-Nya saat shalat, serta menyempurnakan hak-hak peribadatan kepada-Nya, sehingga ibadahnya sesuai dengan apa yang  Allah ridhoi”.
Allah mewajibkan hambanya untuk melaksanakan shalat fardhu lima waktu, yaitu : Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya yang masing-masing shalat fardhu tersebut mempunyai hakekatnya tersendiri.
1.      Shalat Subuh
Waktu Subuh adalah petunjuknya Rohulloh yang keluar dari ubun-ubun, berwarna merah, bintangnya Qomar. Shalatnya 2 rokaat, hal itu merupakan awal kumpulnya Roh dan Jasad. Jadi inti dari shalat subuh 2 rakaat, adalah yang mengisyaratkan kita akan adanya 2 unsur yang ada pada diri, yakni adanya Roh dan Jasad.
2.       Shalat Dzuhur
Shalat Dzuhur terdiri dari 4 rokaat yang menjabarkan tentang pelengkap kesempurnaannya wujud, yaitu : Kepala, Badan, Tangan, dan Kaki.
3.      Shalat Ashar
Inti Shalat Ashar yaitu menjabarkan tentang adanya 4 Dimensi wujud, yang ada pada kita yaitu : Depan, Belakang, Kiri dan kanan.
4.      Shalat Maghrib
Pada waktu Maghrib adalah petunjuk keluarnya nyawa pada tubuh. Inti Shalat Maghrib yaitu menjabarkan tentang adanya 3 alat inti hidup, yang ada pada kita yaitu : Akal, Budi, dan Nafsu. Adapun yang nyata adanya adalah 1 lubang mulut, dan 2 lubang hidung.
5.      Waktu Isya
Inti Shalat Isya yaitu menjabarkan tentang adanya 4 alat hidup sebagai penggerak. Adapun yang nyata adanya adalah 2 Tangan, dan 2 Kaki.
B.     Mengapa Allah Mewajibkan Shalat
Shalat adalah bentuk ibadah yang paling penting dan paling hakiki dalam Islam. Banyak ulama yang mengatakan bahwa tanpa shalat, segala bentuk ibadah lain yang kita kerjakan, boleh dikatakan tidak ada artinya. Oleh sebab itu, mereka mengatakan bahwa shalat merupakan tiang agama. Kalau tiangnya saja sudah rapuh, bagaimana bisa membangun pondasi iman yang kokoh.
Allah SWT memerintahkan untuk shalat sebagai pembeda antara yang mu’min dan yang kafir, selain itu shalat juga ibadah yang membuat kita lebih dekat dengan Allah, dalam sebuah hadits qudsy dikatakan “kedekatan seorang hamba kepada-ku, seperti sesuatu yang aku fardukan (wajibkan ) padanya dan tidak henti-hentinya seorang hamba mendekatkan diri kepadaku dengan amalan-amalan sunah ,sehingga aku mencintainya, maka aku menjadi telinga yang ia pergunakan untuk mendengar, menjadi mata yang ia pergunakan untuk melihat. Jika ia meminta padaku sungguh aku akan memberinya dan bila ia berdoa kepadaku niscaya aku akan mengabulkan.
Allah SWT menghendaki kemudahan buat umatnya, bukan kesukaran. Terlepas dari semua itu, shalat dapat mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar, karena kita selalu ingat kepada Allah SWT yang memerintahkan kita agar kita bertaqwa. Allah SWT berfirman dalam QS. Thaahaa: 14.
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.
(QS. Thaahaa : 14).
Selain itu, ternyata gerakan shalat yang benar dapat memberi efek kesehatan bagi tubuh. Shalat dianggap sebagai amalan ibadah yang paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat melekat dengan gestur (gerakan khas tubuh) manusia. Sudut pandang ilmiah menjadikan shalat sebagai ‘obat’ bagi berbagai jenis penyakit, serta yang terpenting adalah sebagai pencegahan dari serangan suatu penyakit.
Perintah yang pertama kali datang dari Allah SWT untuk umat islam adalah perintah mengerjakan shalat, kenapa tidak zakat, puasa dan haji. Ciri seorang Muslim adalah Shalat, apabila seorang muslim mengerjakan shalat dengan sebaik-baiknya, maka dampaknya selain mendapatkan pahala dari Allah SWT, juga akan berdampak pada kesehatan tubuhnya dan perilakunya.  Dia akan melaksanakan puasa dengan ikhlas bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja, menunaikan ibadah haji semata-mata untuk menjalankan perintah Allah bukan untuk menaikkan status sosialnya dimasyarakat. Dengan demikian seseorang yang shalatnya baik, makan akan baiklah ibadah-ibadah yang lainnya.
Dasar tentang wajibnya shalat banyak tertera didalam Al-Qur’an, diantaranya adalah dalam QS. An-Nisa: 103.
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
“ Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. An-Nisa: 103)
Perintah shalat oleh Rasulullah SAW, mulai ditanamkan kedalam hati dan jiwa anak-anak sejak kecil, sebagaimana dijelaskan di dalam hadits : Bersabda Rasulullah SAW : Suruhlah anak anakmu mengerjakan shalat bila mereka telah berusia tujuh tahun, dan pukullah jika meninggalkannya bila mereka telah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah diantara mereka pada tempat tidurnya. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim yang mengatakan hadist ini shahih atas syarat Muslim).

C.     Tujuan dan Fungsi Shalat
Shalat adalah yang paling pokok dan menjadi ciri antara muslim dan kafir. Ibadah yang bersifat ritual ini menyimpan makna sangat penting dan besar bagi setiap muslim yang melakukannya. Shalat yang dikehendaki oleh islam, bukanlah semata-mata sejumlah bacaan yang diucapkan oleh lisan, sejumlah gerakan yang dilakukan oleh anggota badan, tanpa disertai kesadaran akal dan kekhusyuan hati. Bukan pula shalat yang dikerjakan oleh seseorang yang pada saat sujud bagaikan ayam mematukkan paruhnya, disaat ruku ‘ bagaikan gajah  menyambar mangsanya dan disaat salam bagaikan serigala memalingkan wajahnya.
Akan tetapi shalat yang benar adalah shalat yang lengkap artinya persyaratan lahiriah dan batiniah terpadu sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kita semua diperintah oleh beliau untuk mendirikan shalat sebagaimana beliau melakukannya : “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat (mengetahui) aku shalat” (HR. Muslim).
Di dalam hadits ini memang tidak dijelaskan secara rinci tentang tujuan didirikannya shalat, akan tetapi secara tersirat mengatakan bahwa siapapun yang menjalankan ibadah hendaknya memiliki kepribadian, perilaku dan akhlak seperti Nabi. Dalam Al Qur’an Al-Karim dan hadits Nabi SAW telah dijelaskan tentang tujuan didirikan shalat. Hal ini terdapat dalam Surat Thaha ayat 14 dan Al-Ankabut ayat 45. Apabila shalat yang kita kerjakan telah mencapai tujuan, secara otomatis bahwa shalat tersebut pada hakekatnya telah mempunyai fungsi dan peran dalam kehidupan kita.
Setiap ibadah yang telah disyariatkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya memiliki tujuan masing-masing termasuk shalat yang memiliki fungsi dan peran dalam kehidupan hamba-hambaNya. Inilah diantara Fungsi dan Peran Shalat dalam Kehidupan Kita.
1.       Shalat Sebagai Dzikrullah (Mengingat Allah)
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Thaha ayat 14 “Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. Hadits Nabi mengatakan : “Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihatku mengerjakan shalat”. (HR. Bukhori)
Secara tidak langsung, hadits itu menjelaskan bahwa yang dilakukan Nabi tidak hanya mengingat Allah dengan lisan dan hati, akan tetapi juga dengan gerakan seluruh anggota badan. Setiap orang yang telah mengerjakan shalat dengan baik dan benar, maka hati mereka menjadi tenang dan tenteram karena shalat termasuk bagian dari dzikrullah. Dan setiap orang yang memiliki hati yang tenang dan tentram pasti akan selalu melakukan tindakan-tindakan positif sesuai dengan hati nuraninya. Akan tetapi sebaliknya, apabila seseorang mengerjakan shalat tidak dengan baik dan benar, maka hati mereka selalu gelisah. Dan setiap orang yang memiliki hati yang gelisah pasti akan selalu melakukan tindakan negatif.
2.       Shalat sebagai Pencegah Tindakan Keji dan Mungkar
Sesuai dengan Firman Allah dalam Al Qur’an surat Al-Ankabut ayat 45 bahwa fungsi dan peranan shalat adalah sebagai pencegah tindakan keji dan mungkar. “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar”.
3.       Shalat sebagai Penghapus Dosa
Dalam sebuah cuplikan riwayat hadits, Nabi SAW bersabda: “ maka demikian juga dengan shalat lima waktu, Allah SWT akan menghapus dosa-dosa (kecil) mereka disebabkan karena mereka mendirikan shalat”.
Hadits di atas diperkuat oleh Firman Allah dalam QS. Al-Hud : 114.
       
D.    Akhlak dalam Shalat
Shalat termasuk ibadah mahdlah atau khusus, oleh karena itu dalam melakukannya harus mengikuti petunjuk agama dengan referensi sumber-sumber suci (kitab dan sunnah), tanpa sedikitpun hak bagi seseorang untuk menciptakan sendiri cara dan pola mengerjakannya. Justru suatu kreasi, penambahan(inovasi) dalam bidang ibadah, dalam pengertian khusus ini akan tergolong sebagai penyimpangan keagamaan.
Tuntunan gerakan dan bacaan shalat ini diperoleh dari keterangan-keterangan yang merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.
1.      Berdiri tegak menghadap ke kiblat dengan disertai niat ikhlas karena Allah semata.
2.      Mengangkat kedua tangan( takbiratul ikhram ) sambil mengucapkan “Allahu Akbar”, ibu jari didekatkan pada daun telinga, tapak tangan diarahkan ke arah kiblat, jari-jari tangan digenggamkan tetapi juga jangan direnggangkan sehingga kedua tangan itu tetap sejajar dengan pundak.
3.      Setelah takbiratul ikhram dilanjutkan dengan bersedekap yaitu meletakkan telapak tangan kanan pada punggung telapak tangan kiri diatas dada.
4.      Membaca doa Iftitah( tawajjuh )
5.      Membaca Ta’awudz, Basmalah dan Al-Fatihah
6.      Membaca salah satu surat dari Al-Qur’an
7.      Ruku’
8.      I’tidal ( berdiri tegak setelah ruku’ )
9.      Sujud
10.  Duduk diantara dua sujud
11.  Kemudian sujud lagi (sujud kedua)
12.  Berdiri kembali dengan mengucapkan “Allahu Akbar”
13.  Dalam rakaat yang kedua setelah sujud yang kedua kemudian bangkit untuk duduk tahiyyat awal.
14.  Tasyahud atau Tahiyyat akhir
15.  Salam
Nilai dan kualitas ibadah shalat seseorang itu sangat tergantung kepada kekhusyuannya. Semakin tinggi tingkat kekhusyuannya, semakin besar kemungkinan diterimanya oleh Allah SWT. Sebab khusyu merupakan tolak ukur kualitas shalat, maka orang yang menunaikan shalat harus memahami khusyu dan berbagai permasalahannya.
Khusyu berasal dari akar kata khaya’a yakhsya’u khusyu’an artinya tunduk, takluk, pasrah dan menyerah. Allah berfirman, “Kalau kamu melihatnya khusyu’(tunduk) terpecah belah disebabkan takut kepada Allah (QS. Al-Hasyr:21) dan Allah berfirman juga dalam surat al-Isra:109. Dan mereka mengukur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu. (QS. Al-Isra:109).
Berdasarkan makna lughawi (bahasa) tersebut, dapat dipahami bahwa shalat yang khusyu’ harus mengandung unsur ketundukan dan kepasrahan kepada Allah SWT. Di samping itu al-Qur’an menjelaskan tentang kategori-kategori khusyu’, yaitu khusyu’penglihatan, khusyu’ hati, khusyu’ suara. Sebagaimana terdapat dalam QS. Al-Qa-mar: 7, QS. Al-Hadid: 16, dan QS. Thaha: 108
Ibadah shalat yang hanya dilakukan sebagai rutinitas dan formalitas belaka, tidak akan dapat melahirkan kenikmatan ruhani yang dibutuhkan oleh jiwa melainkan kegersangan yang akan diperolehnya. Oleh karena itu untuk meraih shalat yang khusyu’, seorang mushali ( orang yang shalat ) harus mempersiapkan tahapan yang harus ditempuhnya sedini mungkin, mulai dari periapan umum sampai persiapan khusus.
1.      Persiapan Umum
Seorang mukmin dalam mengabdi kepada Allah, terutama dalam meraih shalat khusyu’ harus memiliki enam sifat :
a.      Hudlur al-Qalbi ( menghadirkan hati ), kekosongan hati dalam beribadah melahirkan kegersangan ruhani.
b.      Tafahum, yaitu bersungguh-sungguh memahami makna setiap ucapan ibadah terlebih dalam shalat.
c.       Ta’dhim, yaitu pengagung kepada Allah dan keyakinan akan kebesaran-Nya
d.      Haibah, yaitu ketakutan sekaligus pengagungan kepada Allah karena serba Mahaesaan-Nya dan yang ada pada-Nya
e.       Raja’, yaitu pengharapan yang sunguh-sungguh kepada Allah semoga semua amalan itu diterima Allah.
f.        Haya’, yaitu perasaan malu dalam diri kepada Allah karena rasa bersalah
2.         Persiapan Khusus
a.       Kehadiran hati ketika mendengarkan panggilan adzan yang diyakini sebagai panggilan Allah Yang Maha Besar
b.      Melakukan thaharah ( bersuci ), baik untuk kesucian badan maupun pakaian,
c.       Melakukan ibadah ( khususnya shalat ) ditempat-tempat yang mempunyai nilai fadlillah dan sejarah.
3.      Upaya Shalat Khusyu’
Bagian terpenting dalam rangkaian yang terkait dengan shalat adalah pelaksanaan shalat itu sendiri. Karena shalat diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam maka kekhusyu’an itu harus mulai terfokus dan mulai berdiri hendak takbiratul ikhram sampai diakhiri dengan salam.

Kedudukan Shalat dalam Kaitannya dengan Amalan lain
Shalat dalam agama Islam adalah ibadah yang luhur sejak dahulu kala dan mempunyai kedudukan yang penting sehingga tidak dapat ditandingi oleh ibadah yang lain. Hal ini bisa dilihat dari pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Al-Qur’an dan Sunnah, yang antara lain sebagai berikut :
1.      Shalat merupakan tiang agama, bersabda Rasulullah Saw :
Shalat itu tiang agama, barang siapa mendirikan shalat, sesungguhnya ia telah mendirikan agama dan barang siapa meruntuhkan shalat, sesungguhnya ia telah meruntuhkan agama (HR. Bukhari dari Umar ra).
2.      Shalat adalah ibadah yang paling pertama diwajibkan oleh Allah, dan disampaikan secara langsung  oleh Allah tanpa perantara dalam berdialog dengan Rasul-Nya pada malam mi’raj, dari Anas ra : “ Shalat itu diwajibkan atas Nabi SAW Pada malam ia dipanggil : “Hai Muhammad! Putusanku tak dapat diubah lagi, dan dengan shalat lima waktu ini, kami tetap mendapat ganjaran lima puluh kali ” ( HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi mensalihkan).
3.      Shalat merupakan kewajiban universal yang telah diwajibkan kepada nabi nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, hal ini bisa dilihat dalam QS. Ibrahim: 40, QS. Maryam: 55, QS, Thaha: 14, QS. Yunus: 87, Luqman: 17, QS. Maryam: 31 dan QS.Al-Ankabut: 45.
4.      Shalat sebagai salah satu dari sifat-sifat yang amat luhur bagi orang-orang taqwa, yang mengiringi sifat beriman kepada perkara gaib, QS. Al-Baqarah: 2-3
5.      Shalat sebagai pembukaan maupun penutup dalam deretan sifat-sifat orang mukmin yang mendapat kebahagiaan (QS. Al-Mukminun: 1-9)
6.      Shalat merupakan wasiat terakhir Nabi Muhammad SAW. Diterangkan oleh Ahmad dalam risalah Ash-Shalah, bahwa: shalatlah yang diingatkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para umat sewaktu beliau akan meninggalkan dunia yang fana ini.  Diantara akhir wasiat Rasulullah SAW ialah : Tetaplah kamu memelihara shalat tetaplah kamu memelihara shalat dan berbuat baik kepada budak-budak sahayamu (HR. Ahmad)

Shalat merupakan amalan hamba yang mula-mula dihisab di akhirat, dan akhir ibadah yang ditinggalkan umat di dunia. Nabi SAW bersabda : Amalan yang mula-mula dihisab dari seseorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika ia baik maka seluruh amalnya baik, jika ia buruk maka seluruh amalnya buruk (HR. Thabrani).
Nabi SAW juga bersabda :  Amalan yang mula-mula kamu hilangkan dari agamamu ialah menepati amanat dan yang terakhir shalat (HR.Ahmad)

E.     Hikmah Shalat
Berdasarkan berbagai keterangan dalam kitab suci dan hadits Nabi, dapatlah dikatakan bahwa shalat adalah kewajiban peribadatan yang paling penting dalam sistem keagamaan Islam. Kitab suci banyak memuat perintah agar kita menegakkan shalat dengan penuh kesungguhan dan menggambarkan bahwa kebahagiaan kaum beriman adalah pertama-tama karena shalatnya yang dilakukan dengan kekhusyu’an. Karena demikian banyaknya penegasan-penegasan tentang pentingnya  shalat yang kita dapatkan dalam sumber agama. Dalam shalat kita memperoleh keinsyafan akan tujuan akhir hidup kita, yaitu penghambaan diri (ibadah) kepada Allah dan melalui shalat.
Adapun falsafah shalat itu dilambangkan dalam keseluruhan shalat, baik dalam unsur bacaanya maupun tingkah lakunya. Menurut ilmu fiqih, shalat dirumuskan sebagai ibadah kepada Allah dengan bacaan-bacaan dan tindakan-tindakan tertentu yang diawali dengan takbir dan ditutup dengan salam. Takbir pembukaan shalat itu dinamakan takbiratul ikhram yang mengandung arti takbir yang tidak ada kaitannya dengan shalat sebagai peristiwa menghadap Allah. Takbir pembukaan itu seakan suatu pernyataan formal seseorang membuka hubungan diri dengan Allah dan memutuskan diri dari semua urusan dunia simbul hubungan manusia dengan Allah dan menghambakan diri kepada-Nya. Sedangkan wujud simbolik terpenting penghambaan itu adalah shalat yang dibuka dengan takbir sebagai ucapan pernyataan dimulainya sikap menghadap Allah.
Sikap menghadap Allah (tawajjuh) itu dikukuhkan dengan membaca doa iftitah, yang artinya: “ Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Dia yang telah menciptakan seluruh langit dan bumi, secara hanif (kecenderungan suci kepada kebaikan dan kebenaran) lagi muslim dan aku tidaklah termasuk mereka yang melakukan syirik’’.  Lalu dilanjutkan dengan seruan : “ Sesungguhnya shalatku, darma baktiku, hidupku, dan matiku untuk Allah, penjaga seluruh alam raya, tiada sekutu bagi-Nya. Begitulah aku diperintahkan dan aku termasuk mereka mereka yang pasrah (muslim).
Jadi, dalam shalat seseorang diharapkan hanya melakukan hubungan vertikal kepada Allah tidak boleh melakukan hubungan horizontal dengan sesama makhluk. Hal ini merupakan ide dasar dalam takbir pembukaan sebagai takbirat al-ihramm. Kemudian orang yang sedang melakukan shalat hendaklah menyadari akan posisinya sebagai seorang makhluk yang sedang menghadap khaliknya dengan penuh keharusan, kesyahduan dan kekhusyu’an. Sedapat mungkin ia hendaklah  menghayati kehadirannya dihadapan Sang Maha Pencipta itu sedemikian rupa sehingga ia seolah-olah melihat khaliknya, dan kalaupun ia tidak melihat-Nya ia harus menginsyafi bahwa khaliknya melihat dia. Maksudnya kehadiran Tuhan dalam kehidupan kesehariannya maka tentu dapat diharapkan bahwa keinsyafan itu akan mempunyai dampak pada tingkah laku  dan pekertinya berupa kebaikan.
Sedangkan makna filosofis salam adalah doa untuk keselamatan, kesejahteraan dan kesentosaan orang banyak, baik yang ada di depan kita maupun yang tidak dan diucapkan sebagai pernyatan kemanusiaan dan solidaritas sosial. Dengan demikian, shalat dimulai dengan pernyataan hubungan dengan Allah dan diakhiri dengan pernyataan hubungan dengan sesama manusia. Jika shalat tidak menghasilkan hal seperti ini, ia menjadi sia-sia (tanpa guna), bahkan menjadi alas an adanya kutukan Allah.
Seluruh perintah Allah SWT tidak mungkin menyusahkan manusia. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya berikut ini. Artinya: ‘’Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” (QS Taha: 2).
Allah membuat perintah kepada manusia justru untuk memberikan jalan kemudahan kepada manusia agar selamat di dunia maupun di akhirat. Demikian pula perintah Allah tentang shalat, banyak sekali manfaatnya, terutama bagi keselamatan dan kesejahteraan manusia, di antaranya yaitu sebagai berikut.
1.   Melalui salat, Allah akan mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar. (QS Al Ankabut: 45, QS Ali Imran: 134-136, QS Al Maidah: 90-91, QS An-Nur: 21, dan QS Asy Syura: 36-38).
2.   Melalui shalat, Allah akan memberikan rahmat, petunjuk, dan keberuntungan. (QS. An Nur :56).
3.   Melalui shalat, Allah SWT memberikan ridha-Nya dan Allah memberikan kesudahan yang baik. Hal itu dijelaskan Allah pada Surah Ar Ra’du Ayat 22.
4.   Melalui salat, Allah menghilangkan rasa khawatir dan sedih pada hamba-Nya. Hal itu dijelaskan Allah pada Surah Al Baqarah Ayat 277.
5.   Melalui shalat, Allah akan memberi ampunan, rezeki, dan ketinggian derajat. Hal itu dijelaskan pada Surah Al Anfal Ayat 3-4.
6.   Melalui salat, Allah mencegah manusia dari keluh kesah dan kikir. Hal itu dijelaskan dalam Surah Al Ma’arij Ayat 19-23.
7.   Selain menjalankan perintah agama dan mengobati kerinduan jiwa pada Sang Pencipta, shalat juga punya efek samping menyehatkan jiwa dan jasmani.

Hikmah shalat dan aplikasinya dalam kehidupan berdasarkan ketentuan-ketentuan Allah tercantum dalam firman-Nya dan hadist Nabi Muhammad SAW sebagai berikut.
1.       Melalui pelaksanaan shalat wajib maupun shalat sunnah, manusia sejak masih kanak-kanak, remaja, dewasa, tua hingga menjelang wafat dibiasakan selalu mengingat Allah SWT di mana saja dan kapan saja.
2.       Melalui pelaksanaan shalat wajib maupun sunah, manusia diproses agar selalu mengingat perintah Allah dan larangan-Nya.
3.       Bukti nyata dari manusia yang selalu melaksanakan shalat dan ingat Allah adalah bahwa dalam kehidupannya senantiasa melakukan hal-hal seperti berikut.
a.       Berbuat kebajikan terhadap ibu dan bapak, karib kerabat, tetangga yang dekat maupun tetangga yang jauh, teman sejawat, dan terhadap sesama manusia lainnya. (QS An Nisa: 36 dan QS Al Baqarah: 83)
b.      Giat bekerja (QS Az Zumar: 39, QS At Taubah: 105, dan QS As Saffat: 61)
c.       Berupaya untuk tidak berselisih dengan sesama manusia (QS Ali Imran: 19 dan QS Al Isra: 53)
d.      Mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain (QS Ali Imran: 133)
e.       Berupaya menolong sesama manusia, khususnya fakir miskin dan anak yatim, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit (QS Ali Imran: 133 dan QS At Talaq: 7)
f.        Tidak mencari-cari kesalahan pendapat orang lain, buruk sangka, dan tidak mengolok-olok orang lain (QS Al Hujurat: 11-12)
g.      Menghargai pendapat orang lain. (QS Al Hajj: 67, QS An Nur: 41, QS Az Zariyat: 08, dan QS A1-Isra: 84)
h.      Berupaya menggalang persatuan dan kesatuan di mana saja berada  (QS Al-Baqarah: 136, QS Ali-Imran: 84, dan QS Al Mukmin: 52-53)

Hikmah laim  yang didapat dalam menjalankan shalat antara lain :
1.      Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah dan mengingatNya(QS. At-thaha:14)
2.      Mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar (QS. Al-Ankabut : 45)
3.      Mendekatkan diri kepada Allah (QS. Al-Alaq :19)
4.      Penyerahan diri manusia kepada Allah secara tulus dan ikhlas (Al-Bayyinah: 5)
5.      Meningkatkan disiplin, sabar, dan khusyuk (QS. Al-Mukminun :1-3)
6.      Menjaga kebersihan dan kesucian jiwa dan raga (QS. Asy-Syams: 9-10)
7.      Meningkatkan sifat toleransi terhadap sesama manusia (QS. Al-Isra’: 110)

Hikmah Shalat Fardhu dan Shalat Jama’ah
1.      Hikmah Shalat Fardhu
a.    Sepanjang waktu sejak pagi, siang, sore, petang hingga malam hari agar sebantiasa bersyukur dan ingat kepada Allah dengan menjalankan shalat lima waktu.
b.   Setiap kali hendak mengerjakan shalat kita disyaratkan agar bersih dan suci dari najis dan hadats adalah sebagai simbul dan tuntunan agar kita senatiasa hidup bersih.
c.    Shalat harus dilaksanakan denmgan khusyuk dan dapat dilakukan manakala hati kita bersih dan teguh.
d.   Shalat adalah ekspresi penghambaan diri manusia kepada Allah yang paling sempurna sehingga akan menimbulkan ketentraman jiwa dan terhindar dari gangguan kejiwaan maupun stres.
2.      Hikmah Shalat Berjamaah
a.       Nilai shalat berjama’ah lebih utama dari pada shalat sendiri.
b.      Shalat berjama’ah dapat menyempurnakan kekurangan dalam melaksanakan shalat.
c.       Shalat berjamaah dapat menumbuhkan rasa persaudaraan, persamaan derajat, dan kesatuan umat.
d.      Shalat berjamaah dapat menumbuhkan sikap disiplin baik sebagai imam maupun sebagai makmum.
3.      Hikmah Gerakan dalam Shalat
Menurut Al-Qur’an, shalat adalah salah satu cara untuk membersihkan jiwa dan raga manusia, seperti dalam surat Al-Muddatsir ayat 4-5. Sikap tubuh ketika melakukan shalat dalam Islam sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sesuai dengan wahyu Allah yang diterimanya. Makna gerakan shalat menurut kesehatan badaniah adalah sebagai berikut :
a)      Gerakan shalat secara umum.
1.      Melipat kedua tangan.
Gerakan melipat kedua tangan di daerah pusat atau sedikit di bawahnya merupakan sikap rileks atau istirahat yang paling sempurna bagi kedua tangan, oleh sebab itu sendi siku dan sendi pergelangan tangan serta otot-otot kedua tangan dalam istirahat penuh. Sirkulasi darah terutama aliran darah kembali ke jantung serta produksi getah bening dan air jaringan yang terkumpul dalam kantong kedua persendian itu menjadi lebih baik sehingga gerakan di dalam kedua sendi tangan menjadi lebih lancar dan mudah menghindarkan timbulnya berbagai penyakit persendian seperti penyakit reumatik. Sikap tangan seperti itu tidak mengakibatkan perasaan capek, lelah, atau nyeri pada kedua tangan sehingga pemusatan pikiran kepada yang disembah dapat diperkuat.
2.      Gerakan Ruku’
Menurut petunjuk ilmiah dengan sikap rukuk otot–otot punggung yang dapat berkontraksi sama rata dan serentak sehingga penyakit kekerutan atau membengkoknya tulang punggung yang sering timbul pada anak-anak yang disebabkan sikap duduk yang salah pada waktu menulis atau membaca dapat dihindarkan atau disembuhkan.
3.      Gerakan sujud
Secara ilmiah sujud menghasilkan otot-otot menjadi lebih besar dan kuat terutama otot-otot dada. Sewaktu menarik nafas tampak tulang-tulang rusuk ditarik ke atas. Dengan demikian tulang dada terangkat ke atas dan maju ke depan sehingga rongga dada bertambah besar dan paru-paru akan berkembang dengan baik dan dapat mengisap udara yang bersih ke dalamnya. Dalam keadaan sujud terjadi sirkulasi atau aliran darah di dalam otak. Dengan sikap sujud dinding dari urat-urat nadi otak dapat dilatih dan dibiasakan dengan menerima darah yang relatif lebih banyak dari biasanya.

F.      Makna Spiritual Shalat
Shalat ternyata tidak hanya menjadi amalan utama di akhirat nanti, tetapi gerakan-gerakan shalat paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Bahkan dari sudut medis, shalat adalah obat dari berbagai jenis pnyakit. Semua perintah-Nya tidak hanya bernilai ketakwaan, tetapi juga mempunyai manfaat besar bagi tubuh manusia itu sendiri. Ibadah shalat merupakan ibadah yang paling tepat untuk metabolisme dan tekstur tubuh manusia. Gerakan-gerakan di dalam shalat pun mempunyai manfaat masing-masing.
1.    Takbiratul Ihram
Berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah. Gerakan ini bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
2.    Ruku’
Ruku’ yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Gerakan ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi serta fungsi tulang belakang sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk merelaksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah sarana latihan bagi kemih sehingga gangguan prostate dapat dicegah.
3.    I’tidal
Bangun dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga. I’tidal merupakan variasi dari postur setelah ruku’ dan sebelum sujud. Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Tentu memberi efek melancarkan pencernaan.

4.    Sujud
Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Posisi sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan daerah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan sujud dengan tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
Gerakan sujud tergolong unik. Sujud memiliki falsafah bahwa manusia menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan oksigen. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tuma’ninah dan kontinu dapat memicu peningkatan kecerdasan seseorang. Sujud adalah latihan kekuatan otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.

5.    Duduk di antara sujud
Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu iftirosy (tahiyat awal) dan tawarru’ (tahiyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan saraf nervus Ischiadius. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarru’ sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostate) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’ menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.
6.    Salam
Gerakan memutar kepala ke kanan dank e kiri secara maksimal. Salam bermanfaat untuk bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala sehingga mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah.

G.    Ancaman Bagi yang Meninggalkan Shalat
Meninggalkan shalat adalah perkara yang teramat bahaya. Di dalam berbagai dalil disebutkan berbagai ancaman yang sudah sepatutnya membuat seseorang khawatir jika sampai lalai memperhatikan rukun Islam yang mulia ini.
Dalil Pertama

أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ (35)

Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir) ?” (Q.S. Al Qalam: 35)
Dari ayat di atas, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia tidak menjadikan orang muslim seperti orang mujrim (orang yang berbuat dosa). Tidaklah pantas menyamakan orang muslim dan orang mujrim dilihat dari hikmah Allah dan hukum-Nya. Maka hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang meninggalkan shalat akan bersama dengan orang kafir dan munafik. Seandainya mereka adalah muslim, tentu mereka akan diizinkan untuk sujud sebagaimana kaum muslimin diizinkan untuk sujud.
Dalil Kedua

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ (38) إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِينِ (39) فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ (40) عَنِ الْمُجْرِمِينَ (41) مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ (42) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (43) وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ (44) وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ (45) وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ (46) حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ (47)

Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan, berada di dalam surga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian”.” (QS. Al Mudatsir: 38-47)
Jadi tidak boleh seseorang mengatakan bahwa tidaklah disiksa dalam saqor kecuali orang yang memiliki seluruh sifat di atas. Akan tetapi yang tepat adalah setiap sifat di atas patut termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa). Dan Allah Ta’ala telah menjadikan orang-orang mujrim sebagai lawan dari orang beriman. Oleh karena itu, orang yang meninggalkan shalat termasuk orang mujrim yang berhak masuk ke neraka saqor. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي ضَلَالٍ وَسُعُرٍ (47) يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ (48)

Sesungguhnya orang-orang yang mujrim (bedosa) berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): “Rasakanlah sentuhan api neraka!”.” (QS. Al Qomar: 47-48)

إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آَمَنُوا يَضْحَكُونَ (29)

Sesungguhnya orang-orang yang mujrim (berdosa), adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.” (QS. Al Muthaffifin: 29). Dalam ayat ini, Allah menjadikan orang mujrim sebagai lawan orang mukmin.
Dalil Ketiga

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ta’atlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS. An Nur : 56)
Pada ayat di atas, Allah Ta’ala mengaitkan adanya rahmat bagi mereka dengan mengerjakan perkara-perkara pada ayat tersebut. Seandainya orang yang meninggalkan shalat tidak dikatakan kafir dan tidak kekal dalam neraka, tentu mereka akan mendapatkan rahmat tanpa mengerjakan shalat. Namun, dalam ayat ini Allah menjadikan mereka bisa mendapatkan rahmat jika mereka mengerjakan shalat.
Dalil Keempat

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5)

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al Maa’un : 4-5)

وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ (6) الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآَخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ (7)

Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS. Fushshilat: 6-7)

وَيْلٌ لِكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ  (7) يَسْمَعُ آَيَاتِ اللَّهِ تُتْلَى عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (8) وَإِذَا عَلِمَ مِنْ آَيَاتِنَا شَيْئًا اتَّخَذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ (9)

“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Al Jatsiyah: 7-9)

وَوَيْلٌ لِلْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيدٍ (2)

Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 2)
Dalil Kelima

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا (59) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam : 59)
Dalil Keenam

فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ

Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. At Taubah: 11)
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengaitkan persaudaraan seiman dengan mengerjakan shalat. Jika shalat tidak dikerjakan, bukanlah saudara seiman. Mereka bukanlah mu’min sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat: 10)
Barang siapa melalaikan sholat, Allah SWT akan menyiksanya dengan 15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan di alam kubur, tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SWT.
Orang yang meninggalkan shalat tidak memperoleh minuman dari telaga surga, tidak mendapat syafaat dan di hari kiamat ketika dipanggil untuk diadili akan datang dengan tangan terikat di lehernya. Para malaikat memukulinya, pintu neraka jahanam akan dibukakan baginya, dan ia melesat bagai anak panah ke dalamnya, terjun dengan kepala terlebih dulu, menukik ke tempat Qorun dan Haman di dasar neraka. Orang yang meninggalkan shalat karena urusan dunia akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya, dan panjang penyesalannya. Ia dibenci Allah, dan akan mati dalam keadaan tidak Islam, tinggal di neraka Jahim atau kembali ke neraka Hawiyah.” Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa meninggalkan shalat hingga terlewat waktunya, lalu mengadanya, ia akan disiksa di neraka selama satu huqub (80 tahun), sedangkan ukuran satu hari di akhirat adalah 1.000 tahun di dunia.” Demikian tertulis dalam kitab Majalisul Akbar.
Sementara dalam kitab Qurratul Uyun, Abu Laits Samarqandi menulis sebuah hadis, “Barang siapa meninggalkan shalat fardu dengan sengaja walaupun satu shalat, namanya akan tertulis di pintu neraka yang ia masuki.” Ibnu Abbas berkata, ”Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda, ‘Katakanlah, ya Allah, janganlah salah seorang dari kami menjadi orang-orang yang sengsara.’ Kemudian Rasulullah SAW bertanya, ‘Tahukah kamu siapakah mereka itu?’ Para sahabat menjawab, ‘Mereka adalah orang yang meninggalkan sholat.  Disebutkan dalam hadis lain, barang siapa meninggalkan shalat tanpa alasan yang dibenarkan syariat, pada hari kiamat Allah SWT tidak akan memedulikannya, bahkan Allah SWT akan menyiksanya dengan azab yang pedih.
Adapun enam siksaan yang ditimpakan di dunia adalah dicabut keberkahan umurnya, dihapus tanda kesalehan dari wajahnya (pancaran kasih sayang terhadap sesama), tidak diberi pahala oleh Allah semua amal yang dilakukannya, doanya tidak diangkat ke langit, tidak memperoleh bagian doa kaum salihin, dan tidak beriman ketika roh dicabut dari tubuhnya.
Adapun tiga siksaan yang ditimpakan saat meninggal dunia ialah mati secara hina, mati dalam keadaan lapar, dan mati dalam keadaan haus.
Sedangkan tiga siksaan yang didapat dalam kubur ialah, kubur mengimpitnya hingga tulang-belulangnya berantakan, kuburnya dibakar hingga sepanjang siang dan malam tubuhnya berkelojotan menahan panas, tubuhnya diserahkan kepada seekor ular bernama Asy-Syujaul Aqra. Kedua mata ular itu berupa api dan kukunya berupa besi, kukunya sepanjang satu hari perjalanan. ”Aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyiksamu, karena engkau mengundurkan shalat Subuh hingga terbit matahari, mengundurkan shalat Dzuhur hingga Asar, mengundurkan shalat Ashar hingga Magrib, mengundurkan shalat Magrib hingga Isya, dan mengundurkan shalat Isya hingga Subuh,” kata ular itu. Setiap kali ular itu memukul, tubuh mayat tersebut melesak 70 hasta, sekitar 3.000 meter, ke dalam bumi. Ia disiksa dalam kubur hingga hari kiamat.
Di hari kiamat, di wajahnya akan tertulis kalimat berikut: Wahai orang yang mengabaikan hak-hak Allah, wahai orang yang dikhususkan untuk menerima siksa Allah, di dunia kau telah mengabaikan hak-hak Allah, maka hari ini berputus asalah kamu dari rahmat-Nya.
Adapun tiga siksaan yang dilakukan ketika bertemu dengan Allah SWT adalah, pertama, ketika langit terbelah, malaikat menemuinya, membawa rantai sepanjang 70 hasta untuk mengikat lehernya. Kemudian memasukkan rantai itu ke dalam mulut dan mengeluarkannya dari duburnya. Kadang kala ia mengeluarkannya dari bagian depan atau belakang tubuhnya. Malaikat itu berkata, ”Inilah balasan bagi orang yang mengabaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah.” Ibnu Abas berkata, ”Andai kata satu mata rantai itu jatuh ke dunia, niscaya cukup untuk membakarnya.” Kedua, Allah tidak memandangnya. Ketiga, Allah tidak menyucikannya, dan ia memperoleh siksa yang amat pedih.
Demikianlah ancaman bagi orang-orang yang sengaja melalaikan sholat. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang bersegera menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya.  
Jadi, kesimpulannya orang yang meninggalkan shalat akan mendapatkan ancaman di dunia dan akhirat. Ancaman di dunia dan di akhirat bagi orang yang meninggalkan shalat diantaranya yaitu:
Ancaman di dunia :
1.      Dicabut keberkahan hidupnya
2.      Dihapus amal sholehnya
3.      Dicabut keislamannya
4.      Rizkinya tidak mendapat berkah
5.      Amalnya tidak mendapat pahala
6.      Do’anya ditolak Allah SWT
7.      Dicabut nyawanya dengan kasar
8.      Merasakan haus yang amat sangat
9.      Merasakan lapar yang amat sangat
                                              
Ancaman di dalam Kubur :
1.      Badannya dihimpit bumi
2.      Kuburnya gelap gulita
3.      Dinyalakan api dalam kuburnya
Ancaman di padang mahsyar :
1.            Menderita sengsara, panas, lapar dan dahaga
2.            Mendapatkan marah dan laknat dari Allah SWT
3.            Tangan dan kakinya dirantai dengan bara api dan dilempar ke dalam Neraka

























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Shalat berasal  dari kata shalla secara harfiah berarti seruan atau doa. Menurut pengertian syara atau secara istilah, shalat ialah ibadah dalam bentuk perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas dan khusyu, dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam menurut syarat-syarat dan rukun –rukun yang telah ditentukan syara’. Allah SWT memerintahkan untuk shalat sebagai pembeda antara yang mu’min dan yang kafir, selain itu shalat juga ibadah yang membuat kita lebih dekat dengan Allah. Shalat mempunyai tujuan dan fungsi, diantaranya sebagai dzikrullah (Mengingat Allah), pencegah tindakan keji dan mungkar, dan sebagai penghapus dosa. Hikmah yang didapat dari shalat diantaranya, meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dan meningkatkan disiplin dan kebersihan diri yang mendorong diri kita menjadi lebih baik lagi. Dan barang siapa yang melalaikan sholat, Allah SWT akan menyiksanya dengan siksaan yang amat pedih, baik selama didunia maupun diakhirat kelak.

B.     Saran
Sebagai seorang muslim sebaiknya kita melaksanakan shalat fardhu secara tepat waktu dan tidak menunda-nunda untuk melaksanakannya. Shalat dilaksanakan dengan penuh kekhusyuan dan dengan hati yang suci dan ikhlas.












DAFTAR PUSTAKA

Abu Fauzan. 2010. Fungsi Shalat dan Manfaat Shalat. Fungsi Shalat dan Manfaat Shalat_Hikmah Shalat.htm. (diunduh hari Rabu/ 20 september 2017.14.30)
Al-Munajid, Muhammad. 1998. Kiat Shalat Khusyu’. Jakarta: Gema Insan Press.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1983. Pedoman Shalat. Jakarta: Bulan Bintang.
Azra, Azyumardy. 2001. Shalat dalam perspektif Sufi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Jamaluddin, Syakir. 2010. Kuliah Fikih Ibadah. Yogyakarta: Surya Sarana Grafika.
Syarafuddin, dkk. 1995. Al Islam dan Kemuhammadiyahan. Surakarta: LPPI UMS.


makalah