BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban
bagi umat manusia terhadap Tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapatkan
ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Bentuk dan jenis Ibadah
sangat bermacam-macam, seperti Shalat, puasa, naik haji, membaca Al Qur’an,
jihad dan lainnya.
Shalat merupakan salah satu
kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah baligh berakal, dan harus
dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan bagaimanapun. Shalat merupakan
rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi
(tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa yang mendirikan
shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkan
shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Shalat yang wajib harus didirikan
dalam sehari semalam sebanyak lima kali, berjumlah 17 raka’at. Shalat
tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh tanpa terkecuali baik dalam
keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan susah maupun senang, lapang ataupun
sempit. Selain shalat wajib yang lima ada juga shalat sunaah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan hakekat
shalat?
2.
Mengapa Allah mewajibkan shalat?
3.
Apa tujuan dan fungsi shalat ?
4.
Bagaimana akhlak dalam shalat?
5.
Apa hikmah dari shalat?
6.
Apa makna spiritual yang terkandung
dalam shalat?
7.
Apa ancaman bagi orang yang
meninggalkan shalat?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui hakekat shalat.
2.
Untuk mengetahui alasan Allah
mewajibkan shalat.
3.
Untuk mengetahui tujuan dan fungsi
shalat.
4.
Untuk mengetahui akhlak dalam
shalat.
5.
Untuk mengetahui hikmah shalat.
6.
Untuk mengetahui makna spiritual
shalat.
7.
Untuk mengetahui ancaman bagi orang
yang meninggalkan shalat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakekat Shalat
Shalat
berasal dari kata shalla secara harfiah
berarti seruan atau doa, yakni seruan seorang hamba kepada Tuhan, pencipta
seluruh alam. Jadi shalat adalah bentuk doa paling murni atau paling tinggi.
Sebagaimana termaksud di firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah 103 yang artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.”
Sedangkan
shalat dalam arti rahmat bisa ditemukan dalam QS. Al-Ahzab: 43.
هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ
مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
“ Dialah yang
memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya
Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah
Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzab: 43)
Menurut
pengertian syara atau secara istilah, shalat ialah ibadah dalam bentuk
perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas dan
khusyu, dimulai dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam menurut syarat-syarat dan rukun –rukun yang telah
ditentukan syara’. Dari pengertian ini
bisa diambil pemahaman bahwa seorang yang melakukan shalat dituntut agar
seluruh sikap dan perhatiannya ditunjukkan semata-mata hanya kepada Allah SWT.
Didalam
islam, shalat mempunyai arti penting dan kedudukan yang sangat istimewa, antara
lain :
1. Shalat
merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah SWT yang perintahnya
langsung diterima Rasulullah SAW pada malam Isra mi’raj.
2. Shalat
merupakan tiang agama.
3. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat.
Ibnul Qoyyim rahimahullah menguraikan hakikat shalat, “Tidak
dapat diragukan bahwa shalat merupakan perkara yang menggembirakan hati bagi orang yang mencintainya
dan merupakan kenikmatan ruh bagi orang yang mengesakan Allah, serta parameter jalan
menuju Allah. Shalat merupakan rahmat Allah yang dianugerahkan kepada
hamba-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka untuk bisa melaksanakannya dan
memperkenalkannya sebagai rahmat dan kehormatan bagi mereka, karena dengan shalat
memperoleh kemulian dan keberuntungan karena dekat dengan-Nya. Dengan shalat,
hati dan seluruh anggota tubuh beribadah. Dalam shalat, Allah menjadikan bagian
(anugerah) untuk hati lebih sempurna dan lebih besar, yaitu berupa hati bisa menghadap
kepada Rabb nya, tidak berpaling kepada selain-Nya saat shalat, serta
menyempurnakan hak-hak peribadatan kepada-Nya, sehingga ibadahnya sesuai dengan
apa yang Allah ridhoi”.
Allah mewajibkan hambanya untuk melaksanakan shalat fardhu lima
waktu, yaitu : Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya yang masing-masing shalat
fardhu tersebut mempunyai hakekatnya tersendiri.
1.
Shalat
Subuh
Waktu Subuh adalah petunjuknya Rohulloh yang
keluar dari ubun-ubun, berwarna merah, bintangnya Qomar. Shalatnya 2 rokaat,
hal itu merupakan awal kumpulnya Roh dan Jasad. Jadi inti dari shalat subuh 2
rakaat, adalah yang mengisyaratkan kita akan adanya 2 unsur yang ada pada diri,
yakni adanya Roh dan Jasad.
2.
Shalat Dzuhur
Shalat Dzuhur terdiri dari 4 rokaat yang
menjabarkan tentang pelengkap kesempurnaannya wujud, yaitu : Kepala, Badan,
Tangan, dan Kaki.
3.
Shalat
Ashar
Inti Shalat Ashar yaitu menjabarkan tentang
adanya 4 Dimensi wujud, yang ada pada kita yaitu : Depan, Belakang, Kiri dan
kanan.
4. Shalat Maghrib
Pada waktu Maghrib adalah petunjuk keluarnya nyawa
pada tubuh. Inti Shalat Maghrib yaitu menjabarkan tentang adanya 3 alat inti hidup,
yang ada pada kita yaitu : Akal, Budi, dan Nafsu. Adapun yang nyata adanya
adalah 1 lubang mulut, dan 2 lubang hidung.
5. Waktu Isya
Inti Shalat Isya yaitu menjabarkan tentang
adanya 4 alat hidup sebagai penggerak. Adapun yang nyata adanya adalah 2
Tangan, dan 2 Kaki.
B.
Mengapa Allah Mewajibkan Shalat
Shalat adalah bentuk ibadah yang paling penting dan paling hakiki
dalam Islam. Banyak ulama yang mengatakan bahwa tanpa shalat, segala bentuk
ibadah lain yang kita kerjakan, boleh dikatakan tidak ada artinya. Oleh sebab
itu, mereka mengatakan bahwa shalat merupakan tiang agama. Kalau tiangnya saja
sudah rapuh, bagaimana bisa membangun pondasi iman yang kokoh.
Allah SWT memerintahkan untuk shalat sebagai pembeda antara yang
mu’min dan yang kafir, selain itu shalat juga ibadah yang membuat kita lebih
dekat dengan Allah, dalam sebuah hadits qudsy dikatakan “kedekatan seorang
hamba kepada-ku, seperti sesuatu yang aku fardukan (wajibkan ) padanya dan
tidak henti-hentinya seorang hamba mendekatkan diri kepadaku dengan
amalan-amalan sunah ,sehingga aku mencintainya, maka aku menjadi telinga yang
ia pergunakan untuk mendengar, menjadi mata yang ia pergunakan untuk melihat. Jika
ia meminta padaku sungguh aku akan memberinya dan bila ia berdoa kepadaku
niscaya aku akan mengabulkan.
Allah
SWT menghendaki kemudahan buat umatnya, bukan kesukaran. Terlepas dari semua
itu, shalat dapat mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar, karena kita
selalu ingat kepada Allah SWT yang memerintahkan kita agar kita bertaqwa. Allah
SWT berfirman dalam QS. Thaahaa: 14.
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا
فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku
dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.
(QS. Thaahaa :
14).
Selain itu, ternyata gerakan shalat yang benar dapat memberi efek
kesehatan bagi tubuh. Shalat dianggap sebagai amalan ibadah yang paling
proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat
melekat dengan gestur (gerakan khas tubuh) manusia. Sudut pandang ilmiah
menjadikan shalat sebagai ‘obat’ bagi berbagai jenis penyakit, serta yang
terpenting adalah sebagai pencegahan dari serangan suatu penyakit.
Perintah yang
pertama kali datang dari Allah SWT untuk umat islam adalah perintah mengerjakan
shalat, kenapa tidak zakat, puasa dan haji. Ciri seorang Muslim adalah Shalat,
apabila seorang muslim mengerjakan shalat dengan sebaik-baiknya, maka dampaknya
selain mendapatkan pahala dari Allah SWT, juga akan berdampak pada kesehatan
tubuhnya dan perilakunya. Dia akan
melaksanakan puasa dengan ikhlas bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban
saja, menunaikan ibadah haji semata-mata untuk menjalankan perintah Allah bukan
untuk menaikkan status sosialnya dimasyarakat. Dengan demikian seseorang yang
shalatnya baik, makan akan baiklah ibadah-ibadah yang lainnya.
Dasar tentang
wajibnya shalat banyak tertera didalam Al-Qur’an, diantaranya adalah dalam QS.
An-Nisa: 103.
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا
الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
“ Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila
kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman”. (QS. An-Nisa: 103)
Perintah shalat oleh
Rasulullah SAW, mulai ditanamkan kedalam hati dan jiwa anak-anak sejak kecil,
sebagaimana dijelaskan di dalam hadits : Bersabda
Rasulullah SAW : Suruhlah anak anakmu mengerjakan shalat bila mereka telah
berusia tujuh tahun, dan pukullah jika meninggalkannya bila mereka telah
berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah diantara mereka pada tempat tidurnya.
(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim yang mengatakan hadist ini shahih atas syarat
Muslim).
C.
Tujuan dan Fungsi Shalat
Shalat adalah yang paling pokok dan menjadi ciri antara muslim dan
kafir. Ibadah yang bersifat ritual ini menyimpan makna sangat penting dan besar
bagi setiap muslim yang melakukannya. Shalat yang dikehendaki oleh islam,
bukanlah semata-mata sejumlah bacaan yang diucapkan oleh lisan, sejumlah
gerakan yang dilakukan oleh anggota badan, tanpa disertai kesadaran akal dan kekhusyuan
hati. Bukan pula shalat yang dikerjakan oleh seseorang yang pada saat sujud
bagaikan ayam mematukkan paruhnya, disaat ruku ‘ bagaikan gajah menyambar mangsanya dan disaat salam bagaikan
serigala memalingkan wajahnya.
Akan tetapi shalat yang benar adalah shalat yang lengkap artinya
persyaratan lahiriah dan batiniah terpadu sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah
SAW. Kita semua diperintah oleh beliau untuk mendirikan shalat sebagaimana
beliau melakukannya : “Shalatlah kamu
sebagaimana kamu melihat (mengetahui) aku shalat” (HR. Muslim).
Di dalam hadits ini memang tidak dijelaskan secara rinci tentang
tujuan didirikannya shalat, akan tetapi secara tersirat mengatakan bahwa
siapapun yang menjalankan ibadah hendaknya memiliki kepribadian, perilaku dan
akhlak seperti Nabi. Dalam Al Qur’an Al-Karim dan hadits Nabi SAW telah
dijelaskan tentang tujuan didirikan shalat. Hal ini terdapat dalam Surat Thaha
ayat 14 dan Al-Ankabut ayat 45. Apabila shalat yang kita kerjakan telah
mencapai tujuan, secara otomatis bahwa shalat tersebut pada hakekatnya telah
mempunyai fungsi dan peran dalam kehidupan kita.
Setiap ibadah yang telah disyariatkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya
memiliki tujuan masing-masing termasuk shalat yang memiliki fungsi dan peran
dalam kehidupan hamba-hambaNya. Inilah diantara Fungsi dan Peran Shalat dalam
Kehidupan Kita.
1. Shalat Sebagai Dzikrullah (Mengingat Allah)
Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat Thaha ayat 14 “Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. Hadits
Nabi mengatakan : “Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu
melihatku mengerjakan shalat”. (HR. Bukhori)
Secara tidak
langsung, hadits itu menjelaskan bahwa yang dilakukan Nabi tidak hanya
mengingat Allah dengan lisan dan hati, akan tetapi juga dengan gerakan seluruh
anggota badan. Setiap orang yang telah mengerjakan shalat dengan baik dan
benar, maka hati mereka menjadi tenang dan tenteram karena shalat termasuk
bagian dari dzikrullah. Dan setiap orang yang memiliki hati yang tenang dan
tentram pasti akan selalu melakukan tindakan-tindakan positif sesuai dengan
hati nuraninya. Akan tetapi sebaliknya, apabila seseorang mengerjakan shalat
tidak dengan baik dan benar, maka hati mereka selalu gelisah. Dan setiap orang
yang memiliki hati yang gelisah pasti akan selalu melakukan tindakan negatif.
2. Shalat sebagai Pencegah Tindakan Keji dan Mungkar
Sesuai dengan
Firman Allah dalam Al Qur’an surat Al-Ankabut ayat 45 bahwa fungsi dan peranan
shalat adalah sebagai pencegah tindakan keji dan mungkar. “Dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar”.
3. Shalat sebagai Penghapus Dosa
Dalam sebuah
cuplikan riwayat hadits, Nabi SAW bersabda: “ maka demikian juga dengan shalat lima waktu,
Allah SWT akan menghapus dosa-dosa (kecil) mereka disebabkan karena mereka
mendirikan shalat”.
Hadits di atas
diperkuat oleh Firman Allah dalam QS. Al-Hud : 114.
D.
Akhlak dalam Shalat
Shalat
termasuk ibadah mahdlah atau khusus,
oleh karena itu dalam melakukannya harus mengikuti petunjuk agama dengan
referensi sumber-sumber suci (kitab dan sunnah), tanpa sedikitpun hak bagi
seseorang untuk menciptakan sendiri cara dan pola mengerjakannya. Justru suatu
kreasi, penambahan(inovasi) dalam bidang ibadah, dalam pengertian khusus ini
akan tergolong sebagai penyimpangan keagamaan.
Tuntunan
gerakan dan bacaan shalat ini diperoleh dari keterangan-keterangan yang merujuk
pada ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.
1. Berdiri
tegak menghadap ke kiblat dengan disertai niat ikhlas karena Allah semata.
2. Mengangkat
kedua tangan( takbiratul ikhram ) sambil mengucapkan “Allahu Akbar”, ibu jari
didekatkan pada daun telinga, tapak tangan diarahkan ke arah kiblat, jari-jari
tangan digenggamkan tetapi juga jangan direnggangkan sehingga kedua tangan itu
tetap sejajar dengan pundak.
3. Setelah
takbiratul ikhram dilanjutkan dengan bersedekap yaitu meletakkan telapak tangan
kanan pada punggung telapak tangan kiri diatas dada.
4. Membaca
doa Iftitah( tawajjuh )
5. Membaca
Ta’awudz, Basmalah dan Al-Fatihah
6. Membaca
salah satu surat dari Al-Qur’an
7. Ruku’
8. I’tidal
( berdiri tegak setelah ruku’ )
9. Sujud
10. Duduk
diantara dua sujud
11. Kemudian
sujud lagi (sujud kedua)
12. Berdiri
kembali dengan mengucapkan “Allahu Akbar”
13. Dalam
rakaat yang kedua setelah sujud yang kedua kemudian bangkit untuk duduk
tahiyyat awal.
14. Tasyahud
atau Tahiyyat akhir
15. Salam
Nilai dan kualitas ibadah shalat seseorang
itu sangat tergantung kepada kekhusyuannya. Semakin tinggi tingkat kekhusyuannya,
semakin besar kemungkinan diterimanya oleh Allah SWT. Sebab khusyu merupakan
tolak ukur kualitas shalat, maka orang yang menunaikan shalat harus memahami
khusyu dan berbagai permasalahannya.
Khusyu berasal dari akar kata khaya’a
yakhsya’u khusyu’an artinya tunduk, takluk, pasrah dan menyerah. Allah
berfirman, “Kalau kamu melihatnya
khusyu’(tunduk) terpecah belah disebabkan takut kepada Allah (QS. Al-Hasyr:21)
dan Allah berfirman juga dalam surat al-Isra:109. Dan mereka mengukur atas muka
mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu. (QS. Al-Isra:109).
Berdasarkan makna lughawi (bahasa)
tersebut, dapat dipahami bahwa shalat yang khusyu’ harus mengandung unsur
ketundukan dan kepasrahan kepada Allah SWT. Di samping itu al-Qur’an
menjelaskan tentang kategori-kategori khusyu’, yaitu khusyu’penglihatan, khusyu’ hati, khusyu’ suara. Sebagaimana
terdapat dalam QS. Al-Qa-mar: 7, QS. Al-Hadid: 16, dan QS. Thaha: 108
Ibadah shalat yang hanya dilakukan sebagai
rutinitas dan formalitas belaka, tidak akan dapat melahirkan kenikmatan ruhani
yang dibutuhkan oleh jiwa melainkan kegersangan yang akan diperolehnya. Oleh
karena itu untuk meraih shalat yang khusyu’, seorang mushali ( orang yang
shalat ) harus mempersiapkan tahapan yang harus ditempuhnya sedini mungkin, mulai
dari periapan umum sampai persiapan khusus.
1. Persiapan
Umum
Seorang mukmin dalam
mengabdi kepada Allah, terutama dalam meraih shalat khusyu’ harus memiliki enam
sifat :
a.
Hudlur
al-Qalbi ( menghadirkan hati ), kekosongan hati dalam beribadah
melahirkan kegersangan ruhani.
b.
Tafahum,
yaitu bersungguh-sungguh memahami makna setiap ucapan ibadah terlebih dalam
shalat.
c.
Ta’dhim,
yaitu pengagung kepada Allah dan keyakinan akan kebesaran-Nya
d.
Haibah,
yaitu ketakutan sekaligus pengagungan kepada Allah karena serba Mahaesaan-Nya
dan yang ada pada-Nya
e.
Raja’,
yaitu pengharapan yang sunguh-sungguh kepada Allah semoga semua amalan itu
diterima Allah.
f.
Haya’,
yaitu perasaan malu dalam diri kepada Allah karena rasa bersalah
2.
Persiapan Khusus
a.
Kehadiran hati ketika mendengarkan
panggilan adzan yang diyakini sebagai panggilan Allah Yang Maha Besar
b.
Melakukan thaharah ( bersuci ), baik untuk
kesucian badan maupun pakaian,
c.
Melakukan ibadah ( khususnya shalat )
ditempat-tempat yang mempunyai nilai fadlillah dan sejarah.
3. Upaya
Shalat Khusyu’
Bagian terpenting dalam
rangkaian yang terkait dengan shalat adalah pelaksanaan shalat itu sendiri.
Karena shalat diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam maka
kekhusyu’an itu harus mulai terfokus dan mulai berdiri hendak takbiratul ikhram
sampai diakhiri dengan salam.
Kedudukan Shalat dalam
Kaitannya dengan Amalan lain
Shalat dalam agama Islam
adalah ibadah yang luhur sejak dahulu kala dan mempunyai kedudukan yang penting
sehingga tidak dapat ditandingi oleh ibadah yang lain. Hal ini bisa dilihat
dari pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Al-Qur’an dan Sunnah, yang antara
lain sebagai berikut :
1. Shalat
merupakan tiang agama, bersabda Rasulullah Saw :
Shalat
itu tiang agama, barang siapa mendirikan shalat, sesungguhnya ia telah
mendirikan agama dan barang siapa meruntuhkan shalat, sesungguhnya ia telah
meruntuhkan agama (HR. Bukhari dari Umar ra).
2. Shalat
adalah ibadah yang paling pertama diwajibkan oleh Allah, dan disampaikan secara
langsung oleh Allah tanpa perantara
dalam berdialog dengan Rasul-Nya pada malam mi’raj, dari Anas ra : “ Shalat itu diwajibkan atas Nabi SAW Pada
malam ia dipanggil : “Hai Muhammad! Putusanku tak dapat diubah lagi, dan dengan
shalat lima waktu ini, kami tetap mendapat ganjaran lima puluh kali ” ( HR.
Ahmad, Nasai dan Tirmidzi mensalihkan).
3. Shalat
merupakan kewajiban universal yang telah diwajibkan kepada nabi nabi sebelum
Nabi Muhammad SAW, hal ini bisa dilihat dalam QS. Ibrahim: 40, QS. Maryam: 55,
QS, Thaha: 14, QS. Yunus: 87, Luqman: 17, QS. Maryam: 31 dan QS.Al-Ankabut: 45.
4. Shalat
sebagai salah satu dari sifat-sifat yang amat luhur bagi orang-orang taqwa,
yang mengiringi sifat beriman kepada perkara gaib, QS. Al-Baqarah: 2-3
5. Shalat
sebagai pembukaan maupun penutup dalam deretan sifat-sifat orang mukmin yang
mendapat kebahagiaan (QS. Al-Mukminun: 1-9)
6.
Shalat merupakan wasiat terakhir Nabi
Muhammad SAW. Diterangkan oleh Ahmad dalam risalah Ash-Shalah, bahwa: shalatlah yang diingatkan oleh Nabi Muhammad SAW
kepada para umat sewaktu beliau akan meninggalkan dunia yang fana ini. Diantara
akhir wasiat Rasulullah SAW ialah : Tetaplah kamu memelihara shalat tetaplah
kamu memelihara shalat dan berbuat baik kepada budak-budak sahayamu (HR. Ahmad)
Shalat
merupakan amalan hamba yang mula-mula dihisab di akhirat, dan akhir ibadah yang
ditinggalkan umat di dunia. Nabi SAW bersabda : Amalan yang mula-mula dihisab dari seseorang hamba pada hari kiamat
adalah shalat. Jika ia baik maka seluruh amalnya baik, jika ia buruk maka
seluruh amalnya buruk (HR. Thabrani).
Nabi SAW juga bersabda : Amalan
yang mula-mula kamu hilangkan dari agamamu ialah menepati amanat dan yang
terakhir shalat (HR.Ahmad)
E.
Hikmah Shalat
Berdasarkan
berbagai keterangan dalam kitab suci dan hadits Nabi, dapatlah dikatakan bahwa
shalat adalah kewajiban peribadatan yang paling penting dalam sistem keagamaan
Islam. Kitab suci banyak memuat perintah agar kita menegakkan shalat dengan
penuh kesungguhan dan menggambarkan bahwa kebahagiaan kaum beriman adalah
pertama-tama karena shalatnya yang dilakukan dengan kekhusyu’an. Karena
demikian banyaknya penegasan-penegasan tentang pentingnya shalat yang kita dapatkan dalam sumber agama.
Dalam shalat kita memperoleh keinsyafan akan tujuan akhir hidup kita, yaitu
penghambaan diri (ibadah) kepada Allah dan melalui shalat.
Adapun
falsafah shalat itu dilambangkan dalam keseluruhan shalat, baik dalam unsur
bacaanya maupun tingkah lakunya. Menurut ilmu fiqih, shalat dirumuskan sebagai
ibadah kepada Allah dengan bacaan-bacaan dan tindakan-tindakan tertentu yang
diawali dengan takbir dan ditutup dengan salam. Takbir pembukaan shalat itu
dinamakan takbiratul ikhram yang
mengandung arti takbir yang tidak ada kaitannya dengan shalat sebagai peristiwa
menghadap Allah. Takbir pembukaan itu seakan suatu pernyataan formal seseorang
membuka hubungan diri dengan Allah dan memutuskan diri dari semua urusan dunia
simbul hubungan manusia dengan Allah dan menghambakan diri kepada-Nya.
Sedangkan wujud simbolik terpenting penghambaan itu adalah shalat yang dibuka
dengan takbir sebagai ucapan pernyataan dimulainya sikap menghadap Allah.
Sikap
menghadap Allah (tawajjuh) itu
dikukuhkan dengan membaca doa iftitah, yang artinya: “ Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Dia yang telah
menciptakan seluruh langit dan bumi, secara hanif (kecenderungan suci kepada
kebaikan dan kebenaran) lagi muslim dan aku tidaklah termasuk mereka yang
melakukan syirik’’. Lalu dilanjutkan
dengan seruan : “ Sesungguhnya shalatku,
darma baktiku, hidupku, dan matiku untuk Allah, penjaga seluruh alam raya,
tiada sekutu bagi-Nya. Begitulah aku diperintahkan dan aku termasuk mereka
mereka yang pasrah (muslim).
Jadi,
dalam shalat seseorang diharapkan hanya melakukan hubungan vertikal kepada
Allah tidak boleh melakukan hubungan horizontal dengan sesama makhluk. Hal ini
merupakan ide dasar dalam takbir pembukaan sebagai takbirat al-ihramm. Kemudian orang yang sedang melakukan shalat
hendaklah menyadari akan posisinya sebagai seorang makhluk yang sedang
menghadap khaliknya dengan penuh keharusan, kesyahduan dan kekhusyu’an. Sedapat
mungkin ia hendaklah menghayati
kehadirannya dihadapan Sang Maha Pencipta itu sedemikian rupa sehingga ia
seolah-olah melihat khaliknya, dan kalaupun ia tidak melihat-Nya ia harus
menginsyafi bahwa khaliknya melihat dia. Maksudnya kehadiran Tuhan dalam
kehidupan kesehariannya maka tentu dapat diharapkan bahwa keinsyafan itu akan
mempunyai dampak pada tingkah laku dan
pekertinya berupa kebaikan.
Sedangkan
makna filosofis salam adalah doa
untuk keselamatan, kesejahteraan dan kesentosaan orang banyak, baik yang ada di
depan kita maupun yang tidak dan diucapkan sebagai pernyatan kemanusiaan dan
solidaritas sosial. Dengan demikian, shalat dimulai dengan pernyataan hubungan
dengan Allah dan diakhiri dengan pernyataan hubungan dengan sesama manusia.
Jika shalat tidak menghasilkan hal seperti ini, ia menjadi sia-sia (tanpa
guna), bahkan menjadi alas an adanya kutukan Allah.
Seluruh perintah Allah SWT tidak
mungkin menyusahkan manusia. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya berikut ini. Artinya:
‘’Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” (QS
Taha: 2).
Allah membuat perintah kepada
manusia justru untuk memberikan jalan kemudahan kepada manusia agar selamat di
dunia maupun di akhirat. Demikian pula perintah Allah tentang shalat, banyak
sekali manfaatnya, terutama bagi keselamatan dan kesejahteraan manusia, di
antaranya yaitu sebagai berikut.
1.
Melalui
salat, Allah akan mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar. (QS Al
Ankabut: 45, QS Ali Imran: 134-136, QS Al Maidah: 90-91, QS An-Nur: 21, dan QS
Asy Syura: 36-38).
2.
Melalui
shalat, Allah akan memberikan rahmat, petunjuk, dan keberuntungan. (QS. An Nur
:56).
3.
Melalui
shalat, Allah SWT memberikan ridha-Nya dan Allah memberikan kesudahan yang
baik. Hal itu dijelaskan Allah pada Surah Ar Ra’du Ayat 22.
4.
Melalui
salat, Allah menghilangkan rasa khawatir dan sedih pada hamba-Nya. Hal itu
dijelaskan Allah pada Surah Al Baqarah Ayat 277.
5.
Melalui
shalat, Allah akan memberi ampunan, rezeki, dan ketinggian derajat. Hal itu
dijelaskan pada Surah Al Anfal Ayat 3-4.
6.
Melalui
salat, Allah mencegah manusia dari keluh kesah dan kikir. Hal itu dijelaskan
dalam Surah Al Ma’arij Ayat 19-23.
7.
Selain
menjalankan perintah agama dan mengobati kerinduan jiwa pada Sang Pencipta, shalat
juga punya efek samping menyehatkan jiwa dan jasmani.
Hikmah shalat dan aplikasinya dalam
kehidupan berdasarkan ketentuan-ketentuan Allah tercantum dalam firman-Nya dan hadist
Nabi Muhammad SAW sebagai berikut.
1. Melalui pelaksanaan shalat wajib
maupun shalat sunnah, manusia sejak masih kanak-kanak, remaja, dewasa, tua
hingga menjelang wafat dibiasakan selalu mengingat Allah SWT di mana saja dan
kapan saja.
2. Melalui pelaksanaan shalat wajib
maupun sunah, manusia diproses agar selalu mengingat perintah Allah dan
larangan-Nya.
3. Bukti nyata dari manusia yang selalu
melaksanakan shalat dan ingat Allah adalah bahwa dalam kehidupannya senantiasa
melakukan hal-hal seperti berikut.
a. Berbuat kebajikan terhadap ibu dan
bapak, karib kerabat, tetangga yang dekat maupun tetangga yang jauh, teman
sejawat, dan terhadap sesama manusia lainnya. (QS An Nisa: 36 dan QS Al
Baqarah: 83)
b. Giat bekerja (QS Az Zumar: 39, QS At
Taubah: 105, dan QS As Saffat: 61)
c. Berupaya untuk tidak berselisih
dengan sesama manusia (QS Ali Imran: 19 dan QS Al Isra: 53)
d. Mampu menahan amarah dan memaafkan
kesalahan orang lain (QS Ali Imran: 133)
e. Berupaya menolong sesama manusia,
khususnya fakir miskin dan anak yatim, baik di waktu lapang maupun di waktu
sempit (QS Ali Imran: 133 dan QS At Talaq: 7)
f.
Tidak
mencari-cari kesalahan pendapat orang lain, buruk sangka, dan tidak
mengolok-olok orang lain (QS Al Hujurat: 11-12)
g. Menghargai pendapat orang lain. (QS
Al Hajj: 67, QS An Nur: 41, QS Az Zariyat: 08, dan QS A1-Isra: 84)
h. Berupaya menggalang persatuan dan
kesatuan di mana saja berada (QS
Al-Baqarah: 136, QS Ali-Imran: 84, dan QS Al Mukmin: 52-53)
Hikmah laim yang didapat dalam menjalankan shalat antara
lain :
1.
Meningkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah dan mengingatNya(QS. At-thaha:14)
2.
Mencegah dari perbuatan yang keji
dan mungkar (QS. Al-Ankabut : 45)
3.
Mendekatkan diri kepada Allah (QS. Al-Alaq
:19)
4.
Penyerahan diri manusia kepada Allah
secara tulus dan ikhlas (Al-Bayyinah: 5)
5.
Meningkatkan disiplin, sabar, dan
khusyuk (QS. Al-Mukminun :1-3)
6.
Menjaga kebersihan dan kesucian jiwa
dan raga (QS. Asy-Syams: 9-10)
7.
Meningkatkan sifat toleransi
terhadap sesama manusia (QS. Al-Isra’: 110)
Hikmah Shalat
Fardhu dan Shalat Jama’ah
1.
Hikmah Shalat Fardhu
a.
Sepanjang waktu sejak pagi, siang,
sore, petang hingga malam hari agar sebantiasa bersyukur dan ingat kepada Allah
dengan menjalankan shalat lima waktu.
b.
Setiap kali hendak mengerjakan
shalat kita disyaratkan agar bersih dan suci dari najis dan hadats adalah
sebagai simbul dan tuntunan agar kita senatiasa hidup bersih.
c.
Shalat harus dilaksanakan denmgan
khusyuk dan dapat dilakukan manakala hati kita bersih dan teguh.
d.
Shalat adalah ekspresi penghambaan
diri manusia kepada Allah yang paling sempurna sehingga akan menimbulkan
ketentraman jiwa dan terhindar dari gangguan kejiwaan maupun stres.
2.
Hikmah Shalat Berjamaah
a.
Nilai shalat berjama’ah lebih utama
dari pada shalat sendiri.
b.
Shalat berjama’ah dapat
menyempurnakan kekurangan dalam melaksanakan shalat.
c.
Shalat berjamaah dapat menumbuhkan
rasa persaudaraan, persamaan derajat, dan kesatuan umat.
d.
Shalat berjamaah dapat menumbuhkan
sikap disiplin baik sebagai imam maupun sebagai makmum.
3.
Hikmah Gerakan dalam Shalat
Menurut Al-Qur’an, shalat adalah salah satu cara untuk membersihkan
jiwa dan raga manusia, seperti dalam surat Al-Muddatsir ayat 4-5. Sikap tubuh
ketika melakukan shalat dalam Islam sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW sesuai dengan wahyu Allah yang diterimanya. Makna gerakan shalat menurut
kesehatan badaniah adalah sebagai berikut :
a)
Gerakan shalat secara umum.
1.
Melipat kedua tangan.
Gerakan melipat kedua tangan di daerah pusat atau sedikit di
bawahnya merupakan sikap rileks atau istirahat yang paling sempurna bagi kedua
tangan, oleh sebab itu sendi siku dan sendi pergelangan tangan serta otot-otot
kedua tangan dalam istirahat penuh. Sirkulasi darah terutama aliran darah
kembali ke jantung serta produksi getah bening dan air jaringan yang terkumpul
dalam kantong kedua persendian itu menjadi lebih baik sehingga gerakan di dalam
kedua sendi tangan menjadi lebih lancar dan mudah menghindarkan timbulnya berbagai
penyakit persendian seperti penyakit reumatik. Sikap tangan seperti itu tidak
mengakibatkan perasaan capek, lelah, atau nyeri pada kedua tangan sehingga
pemusatan pikiran kepada yang disembah dapat diperkuat.
2.
Gerakan Ruku’
Menurut petunjuk ilmiah dengan sikap rukuk otot–otot punggung yang
dapat berkontraksi sama rata dan serentak sehingga penyakit kekerutan atau
membengkoknya tulang punggung yang sering timbul pada anak-anak yang disebabkan
sikap duduk yang salah pada waktu menulis atau membaca dapat dihindarkan atau
disembuhkan.
3.
Gerakan sujud
Secara ilmiah sujud menghasilkan otot-otot menjadi lebih besar dan
kuat terutama otot-otot dada. Sewaktu menarik nafas tampak tulang-tulang rusuk
ditarik ke atas. Dengan demikian tulang dada terangkat ke atas dan maju ke
depan sehingga rongga dada bertambah besar dan paru-paru akan berkembang dengan
baik dan dapat mengisap udara yang bersih ke dalamnya. Dalam keadaan sujud
terjadi sirkulasi atau aliran darah di dalam otak. Dengan sikap sujud dinding
dari urat-urat nadi otak dapat dilatih dan dibiasakan dengan menerima darah
yang relatif lebih banyak dari biasanya.
F.
Makna Spiritual Shalat
Shalat ternyata
tidak hanya menjadi amalan utama di akhirat nanti, tetapi gerakan-gerakan
shalat paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Bahkan dari sudut medis,
shalat adalah obat dari berbagai jenis pnyakit. Semua perintah-Nya tidak hanya
bernilai ketakwaan, tetapi juga mempunyai manfaat besar bagi tubuh manusia itu
sendiri. Ibadah shalat merupakan ibadah yang paling tepat untuk metabolisme dan
tekstur tubuh manusia. Gerakan-gerakan di dalam shalat pun mempunyai manfaat
masing-masing.
1. Takbiratul
Ihram
Berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar
telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah. Gerakan ini
bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan kekuatan
otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke
seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran
darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan
perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan
persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
2. Ruku’
Ruku’ yang
sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas
air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan
tulang belakang. Gerakan ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi serta
fungsi tulang belakang sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. Posisi jantung
sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah.
Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk merelaksasikan otot-otot bahu
hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah sarana latihan bagi kemih sehingga
gangguan prostate dapat dicegah.
3. I’tidal
Bangun dari
ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga.
I’tidal merupakan variasi dari postur setelah ruku’ dan sebelum sujud. Gerakan
ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan. Pada saat
I’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan
dan pelonggaran secara bergantian. Tentu memberi efek melancarkan pencernaan.
4. Sujud
Menungging
dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Posisi
sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posisi
jantung di atas otak menyebabkan daerah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke
otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Oleh karena itu,
sebaiknya lakukan sujud dengan tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar darah
mencukupi kapasitasnya di otak. Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari
gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat
luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
Gerakan sujud
tergolong unik. Sujud memiliki falsafah bahwa manusia menundukkan diri
serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dengan
melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk
menerima banyak pasokan oksigen. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas
kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Artinya, otak
mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan
kata lain, sujud yang tuma’ninah dan kontinu dapat memicu peningkatan
kecerdasan seseorang. Sujud adalah latihan kekuatan otot tertentu, termasuk
otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga
telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang
menjadi kebanggan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya
tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.
5. Duduk di antara
sujud
Duduk setelah
sujud terdiri dari dua macam yaitu iftirosy (tahiyat awal) dan tawarru’
(tahiyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. pada saat
iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan saraf nervus
Ischiadius. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering
menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarru’ sangat baik bagi
pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostate)
dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu
mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’
menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali.
Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan
organ-organ gerak kita.
6. Salam
Gerakan memutar
kepala ke kanan dank e kiri secara maksimal. Salam bermanfaat untuk bermanfaat
untuk merelaksasikan otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah
di kepala sehingga mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah.
G.
Ancaman Bagi yang Meninggalkan
Shalat
Meninggalkan shalat adalah perkara yang teramat bahaya. Di dalam
berbagai dalil disebutkan berbagai ancaman yang sudah sepatutnya membuat
seseorang khawatir jika sampai lalai memperhatikan rukun Islam yang mulia ini.
Dalil Pertama
أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ (35)
“Maka
apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang
berdosa (orang kafir) ?” (Q.S. Al Qalam: 35)
Dari
ayat di atas, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia tidak menjadikan orang
muslim seperti orang mujrim (orang yang berbuat dosa). Tidaklah pantas
menyamakan orang muslim dan orang mujrim dilihat dari hikmah Allah dan
hukum-Nya. Maka hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang meninggalkan shalat
akan bersama dengan orang kafir dan munafik. Seandainya mereka adalah muslim,
tentu mereka akan diizinkan untuk sujud sebagaimana kaum muslimin diizinkan
untuk sujud.
Dalil
Kedua
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ
رَهِينَةٌ (38) إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِينِ (39) فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ
(40) عَنِ الْمُجْرِمِينَ (41) مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ (42) قَالُوا لَمْ نَكُ
مِنَ الْمُصَلِّينَ (43) وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ (44) وَكُنَّا نَخُوضُ
مَعَ الْخَائِضِينَ (45) وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ (46) حَتَّى
أَتَانَا الْيَقِينُ (47)
“Tiap-tiap
diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan
kanan, berada di dalam surga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan)
orang-orang yang berdosa, “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar
(neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang
mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan
adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang
membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang
kepada kami kematian”.” (QS. Al Mudatsir: 38-47)
Jadi
tidak boleh seseorang mengatakan bahwa tidaklah disiksa dalam saqor kecuali
orang yang memiliki seluruh sifat di atas. Akan tetapi yang tepat adalah setiap
sifat di atas patut termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa). Dan Allah Ta’ala
telah menjadikan orang-orang mujrim sebagai lawan dari orang beriman. Oleh
karena itu, orang yang meninggalkan shalat termasuk orang mujrim yang berhak
masuk ke neraka saqor. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي
ضَلَالٍ وَسُعُرٍ (47) يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا
مَسَّ سَقَرَ (48)
“Sesungguhnya
orang-orang yang mujrim (bedosa) berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam
neraka. (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka.
(Dikatakan kepada mereka): “Rasakanlah sentuhan api neraka!”.” (QS. Al
Qomar: 47-48)
إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آَمَنُوا
يَضْحَكُونَ (29)
“Sesungguhnya
orang-orang yang mujrim (berdosa), adalah mereka yang menertawakan orang-orang
yang beriman.” (QS. Al Muthaffifin: 29). Dalam ayat ini, Allah menjadikan
orang mujrim sebagai lawan orang mukmin.
Dalil
Ketiga
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ta’atlah kepada rasul, supaya kamu
diberi rahmat.” (QS. An Nur : 56)
Pada
ayat di atas, Allah Ta’ala mengaitkan adanya rahmat bagi mereka dengan
mengerjakan perkara-perkara pada ayat tersebut. Seandainya orang yang
meninggalkan shalat tidak dikatakan kafir dan tidak kekal dalam neraka, tentu
mereka akan mendapatkan rahmat tanpa mengerjakan shalat. Namun, dalam ayat ini
Allah menjadikan mereka bisa mendapatkan rahmat jika mereka mengerjakan shalat.
Dalil
Keempat
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ
سَاهُونَ (5)
“Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya.” (QS. Al Maa’un : 4-5)
وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ (6) الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ
الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآَخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ (7)
“Dan
kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu)
orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya
(kehidupan) akhirat.” (QS. Fushshilat: 6-7)
وَيْلٌ لِكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ (7) يَسْمَعُ آَيَاتِ اللَّهِ تُتْلَى عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ
مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (8) وَإِذَا
عَلِمَ مِنْ آَيَاتِنَا شَيْئًا اتَّخَذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ
مُهِينٌ (9)
“Kecelakaan
besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, dia
mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan
diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia dengan
azab yang pedih. Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami,
maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang
menghinakan.” (QS. Al Jatsiyah: 7-9)
وَوَيْلٌ لِلْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيدٍ (2)
“Dan
kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.”
(QS. Ibrahim: 2)
Dalil
Kelima
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ
وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا (59) إِلَّا مَنْ تَابَ
وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
“Maka
datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali
orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam : 59)
Dalil
Keenam
فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ
فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ
“Jika
mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu)
adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. At Taubah: 11)
Dalam
ayat ini, Allah Ta’ala mengaitkan persaudaraan seiman dengan mengerjakan
shalat. Jika shalat tidak dikerjakan, bukanlah saudara seiman. Mereka bukanlah
mu’min sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ
إِخْوَةٌ
“Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat: 10)
Barang siapa melalaikan sholat, Allah SWT akan menyiksanya dengan
15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan
di alam kubur, tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SWT.
Orang yang meninggalkan shalat tidak memperoleh minuman dari telaga
surga, tidak mendapat syafaat dan di hari kiamat ketika dipanggil untuk diadili
akan datang dengan tangan terikat di lehernya. Para malaikat memukulinya, pintu
neraka jahanam akan dibukakan baginya, dan ia melesat bagai anak panah ke
dalamnya, terjun dengan kepala terlebih dulu, menukik ke tempat Qorun dan Haman
di dasar neraka. Orang yang meninggalkan shalat karena urusan dunia akan celaka
nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya, dan panjang
penyesalannya. Ia dibenci Allah, dan akan mati dalam keadaan tidak Islam,
tinggal di neraka Jahim atau kembali ke neraka Hawiyah.” Lalu Rasulullah SAW
bersabda, “Barang siapa meninggalkan shalat hingga terlewat waktunya, lalu
mengadanya, ia akan disiksa di neraka selama satu huqub (80 tahun), sedangkan
ukuran satu hari di akhirat adalah 1.000 tahun di dunia.” Demikian tertulis
dalam kitab Majalisul Akbar.
Sementara dalam kitab Qurratul Uyun, Abu Laits Samarqandi menulis
sebuah hadis, “Barang siapa meninggalkan shalat fardu dengan sengaja walaupun
satu shalat, namanya akan tertulis di pintu neraka yang ia masuki.” Ibnu Abbas
berkata, ”Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda, ‘Katakanlah, ya Allah,
janganlah salah seorang dari kami menjadi orang-orang yang sengsara.’ Kemudian
Rasulullah SAW bertanya, ‘Tahukah kamu siapakah mereka itu?’ Para sahabat
menjawab, ‘Mereka adalah orang yang meninggalkan sholat. Disebutkan dalam hadis lain, barang siapa
meninggalkan shalat tanpa alasan yang dibenarkan syariat, pada hari kiamat
Allah SWT tidak akan memedulikannya, bahkan Allah SWT akan menyiksanya dengan
azab yang pedih.
Adapun enam siksaan yang ditimpakan di dunia adalah dicabut
keberkahan umurnya, dihapus tanda kesalehan dari wajahnya (pancaran kasih
sayang terhadap sesama), tidak diberi pahala oleh Allah semua amal yang
dilakukannya, doanya tidak diangkat ke langit, tidak memperoleh bagian doa kaum
salihin, dan tidak beriman ketika roh dicabut dari tubuhnya.
Adapun tiga siksaan yang ditimpakan saat meninggal dunia ialah mati
secara hina, mati dalam keadaan lapar, dan mati dalam keadaan haus.
Sedangkan tiga siksaan yang didapat dalam kubur ialah, kubur
mengimpitnya hingga tulang-belulangnya berantakan, kuburnya dibakar hingga
sepanjang siang dan malam tubuhnya berkelojotan menahan panas, tubuhnya
diserahkan kepada seekor ular bernama Asy-Syujaul Aqra. Kedua mata ular itu
berupa api dan kukunya berupa besi, kukunya sepanjang satu hari perjalanan.
”Aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyiksamu, karena engkau mengundurkan
shalat Subuh hingga terbit matahari, mengundurkan shalat Dzuhur hingga Asar, mengundurkan
shalat Ashar hingga Magrib, mengundurkan shalat Magrib hingga Isya, dan
mengundurkan shalat Isya hingga Subuh,” kata ular itu. Setiap kali ular itu
memukul, tubuh mayat tersebut melesak 70 hasta, sekitar 3.000 meter, ke dalam
bumi. Ia disiksa dalam kubur hingga hari kiamat.
Di hari kiamat, di wajahnya akan tertulis kalimat berikut: Wahai
orang yang mengabaikan hak-hak Allah, wahai orang yang dikhususkan untuk
menerima siksa Allah, di dunia kau telah mengabaikan hak-hak Allah, maka hari
ini berputus asalah kamu dari rahmat-Nya.
Adapun tiga siksaan yang dilakukan ketika bertemu dengan Allah SWT
adalah, pertama, ketika langit terbelah, malaikat menemuinya, membawa rantai
sepanjang 70 hasta untuk mengikat lehernya. Kemudian memasukkan rantai itu ke
dalam mulut dan mengeluarkannya dari duburnya. Kadang kala ia mengeluarkannya
dari bagian depan atau belakang tubuhnya. Malaikat itu berkata, ”Inilah balasan
bagi orang yang mengabaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah.”
Ibnu Abas berkata, ”Andai kata satu mata rantai itu jatuh ke dunia, niscaya
cukup untuk membakarnya.” Kedua, Allah tidak memandangnya. Ketiga, Allah tidak
menyucikannya, dan ia memperoleh siksa yang amat pedih.
Demikianlah ancaman bagi orang-orang yang sengaja melalaikan sholat.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang bersegera
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya.
Jadi, kesimpulannya orang yang meninggalkan shalat akan mendapatkan ancaman di dunia dan akhirat. Ancaman di dunia dan di akhirat bagi orang yang meninggalkan shalat diantaranya yaitu:
Jadi, kesimpulannya orang yang meninggalkan shalat akan mendapatkan ancaman di dunia dan akhirat. Ancaman di dunia dan di akhirat bagi orang yang meninggalkan shalat diantaranya yaitu:
Ancaman di dunia :
1.
Dicabut keberkahan hidupnya
2.
Dihapus amal sholehnya
3.
Dicabut keislamannya
4.
Rizkinya tidak mendapat berkah
5.
Amalnya tidak mendapat pahala
6.
Do’anya ditolak Allah SWT
7.
Dicabut nyawanya dengan kasar
8.
Merasakan haus yang amat sangat
9.
Merasakan lapar yang amat sangat
Ancaman di
dalam Kubur :
1.
Badannya dihimpit bumi
2.
Kuburnya gelap gulita
3.
Dinyalakan api dalam kuburnya
Ancaman
di padang mahsyar :
1.
Menderita sengsara, panas, lapar dan dahaga
2.
Mendapatkan marah dan laknat dari Allah SWT
3.
Tangan dan kakinya dirantai dengan bara api dan
dilempar ke dalam Neraka
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Shalat
berasal dari kata shalla secara harfiah
berarti seruan atau doa. Menurut pengertian syara atau secara istilah, shalat
ialah ibadah dalam bentuk perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan
hati secara ikhlas dan khusyu, dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam menurut syarat-syarat
dan rukun –rukun yang telah ditentukan syara’. Allah
SWT memerintahkan untuk shalat sebagai pembeda antara yang mu’min dan yang
kafir, selain itu shalat juga ibadah yang membuat kita lebih dekat dengan
Allah. Shalat mempunyai tujuan dan fungsi, diantaranya sebagai dzikrullah
(Mengingat Allah), pencegah tindakan keji dan mungkar, dan sebagai penghapus dosa.
Hikmah yang didapat dari shalat diantaranya, meningkatkan ketaqwaan kepada
Allah SWT dan meningkatkan disiplin dan kebersihan diri yang mendorong diri
kita menjadi lebih baik lagi. Dan barang siapa yang melalaikan sholat, Allah
SWT akan menyiksanya dengan siksaan yang amat pedih, baik selama didunia maupun
diakhirat kelak.
B.
Saran
Sebagai seorang muslim sebaiknya kita melaksanakan shalat fardhu
secara tepat waktu dan tidak menunda-nunda untuk melaksanakannya. Shalat
dilaksanakan dengan penuh kekhusyuan dan dengan hati yang suci dan ikhlas.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Fauzan. 2010. Fungsi Shalat dan Manfaat Shalat. Fungsi Shalat
dan Manfaat Shalat_Hikmah Shalat.htm. (diunduh hari Rabu/ 20 september
2017.14.30)
Al-Munajid, Muhammad. 1998. Kiat Shalat Khusyu’. Jakarta: Gema
Insan Press.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1983. Pedoman Shalat. Jakarta: Bulan Bintang.
Azra, Azyumardy. 2001. Shalat dalam perspektif Sufi. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Jamaluddin, Syakir. 2010. Kuliah
Fikih Ibadah. Yogyakarta: Surya Sarana Grafika.
Syarafuddin, dkk. 1995. Al Islam dan
Kemuhammadiyahan. Surakarta: LPPI UMS.