BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang
Tumbuhan tidak bisa berbunga terlalu
cepat sebelum organ-organ penunjang lainnya siap, misalnya akar dan daun
lengkap. Sebaliknya tumbuhan tidak dapat berbunga dengan lambat, sehingga
buahnya tidak sempurna misalnya datangnya musim dingin. Kejadian tersebut
penting artinya bagi tumbuhan yang hidup di daerah 4 musim, sehingga mereka
harus benar-benar dapat memanfaatkan saat yang tepat untuk melakukan
perkembangaannya.Tmbuhan semusim (annual plant) harus memanfaatkan waktu
diantara musim dingin.Tumbuhan dua musim (biennial plant) pada musim pertama
menghasilkan organ-organ persediaan makanan di dalam tanah, dan pada musim
berikutnya melakukan pertumbuhan yang di akhiri dengan pembungaan. Tumbuhan
menahun (perennial plant) akan menghentikan pertumbuhan dan perkembangan
(dorman) pada musim dingin, berbunga pada musim berikutnya agar cukup waktu
bagi buah untuk berkembang dan matang sebelum atau di awal musim gugur
Cahaya sangat
berperan penting bagi tumbuhan. Dengan bantuan cahaya, tumbuhan dapat hidup
dengan baik. Selain itu, cahaya juga sangat membantu dalam proses pertumbuhan,
perkecambahan, fotosintesis dan lain-lain. Kekurangan cahaya matahari akan
mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun cahaya tergantung pada
jenis tumbuhan. Selain itu kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan
menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat
namun lemah dan daunya berukuran kecil, tipis, dan berwarna pucat (tidak
hijau). Semua ini terjadi karena tidak adanya cahaya yang memaksimalkan fungsi
auksin.
Stimulus
lingkungan yang paling sering digunakan oleh tumbuhan untuk mendeteksi waktu
dalam satu tahun adalah fotoperiode, yaitu suatu panjang relative malam dan
siang. Respons fisologis terhadap fotoperiode, seperti pembungaan, disebut
fotoperiodisme. Penemuan fotoperiodisme merangsang banyak sekali ahli fisiologi
tanaman untuk mengadakan penyelidikan tentang proses itu lebih jauh dalam
usahanya untuk menentukan mekanisme aksi. Mereka segera menemukan bahwa istilah
hari pendek dan hari panjang merupakan salah kaprah (misnomer). Interupsi
periode hari terang dengan interval kegelapan tidak mempunyai efek mutlak pada
proses pembungaan
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud fotoperiodisme?
2. Bagaimana
mekanisme fotoperiodisme?
3. Apa
peranan fitokrom dalam fotoperiodisme?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui peranan fotoperiodisme
2. Untuk
mengetahui mekanisme fotoperiodisme
3. Untuk
megetahui peranan fitokrom dalam fotoperiodisme
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Fotoperiodisme
Fotoperiodisme respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran (panjang pendeknya
hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah fotoperodisme digunakan
untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh lama
penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa jenis tumbuhan
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran, terutama dengan
kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase generatifnya, misalnya pembungaan.
tumbuhan akan
memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika tumbuhan
tersebut menerima penyinaran yang panjang >14 jam dalam setiap periode
sehari semalam, sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan memasuki fase
generatif jika menerima penyinaran singkat <10 Jam
B. Macam – Macam Fotoperiodisme pada
Tumbuhan
Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu Tumbuhan
a. hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika
terkena penyinaran kurang dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya
krisan, jagung, kedelai, anggrek, dan bunga matahari. Tanaman hari pendek
adalah tanaman yang pembungaannya lebih dipengaruhi oleh panjang hari yang
lebih pendek daripada panjang hari maksimum kritis dengan dipengaruhi
faktor-faktor lingkungan lainnya, misalnya temperature . [4]Hal
ini dapat bervariasi pada masing-masing spesies dan varietas.[3][4] Tanaman hari pendek berbunga
ketika panjang hari kurang dari penyinaran kritis mereka.[3] Mereka tidak dapat bunga di
bawah panjang hari kritis atau jika sinyal cahaya buatan bersinar pada tanaman
selama beberapa menit selama tengah malam; mereka membutuhkan inisiasi
kegelapan sebelum pembungaan dapat dimulai.[3] Cahaya malam hari alami,
seperti cahaya bulan atau petir, bukan merupakan kecerahan atau durasi yang
cukup untuk mengganggu terjadinya pembungaan.[3] Secara umum, tanaman hari
pendek berbunga pada kondisi panjang hari yang lebih pendek (dan malam tumbuh
lebih panjang) setelah 21 Juni di belahan bumi utara, selama musim panas atau
musim gugur.[3]
b. Tumbuhan
hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena pen
yinaran lebih dari 12 jam (14 – 16 jam)
sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya kembang sepatu, bit gula, selada, dan
tembakau. Tanaman hari panjang adalah tanaman
yang pembungaannya dipengaruhi oleh panjang hari yang lebih panjang daripada
panjang hari minimum kritis dengan dipengaruhi faktor-faktor lingkungan
lainnya. Tanaman ini biasanya berbunga di belahan bumi utara selama akhir musim
semi atau awal musim panas sebagai masa dengan panjang hari yang lebih panjang.
c. Tumbuhan
hari sedang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-kira 12 jam
sehari. Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu
d. Tumbuhan
hari netral, tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hari untuk pembungaannya.
Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi, wortel liar, dan kapas. Tanaman hari netral adalah tanaman yang pembungaannya tidak
peka terhadap fotoperiodisme tetapi lebih dipengaruhi oleh faktor usia.[4] Umumnya bunga muncul setelah
tanaman mencapai umur atau ukuran tertentu.
Panjang hari disini bukan panjang hari secara mutlak,
tetapi panjang hari kritis. Tumbuhan hari panjang (LDP) mungkin memiliki
panjang hari kritis lebih pendek dari tumbuhan hari pendek (SDP). Dinyatakan
bahwa tumbuhan hari panjang akan berbunga apabila memperoleh induksi penyinaran
yang sama atau lebih dari panjang harin kritisnya dan sebaliknya tumbuhan hari
pendek akan berbunga, apabila memperoleh penyinaran sama atau lebih pendek dari
panjang hari kritisnya. Terkait dengan fase perkembangan tumbuhan tersebut maka
pembungaan berkaitan pula dengan umur. Diperlukan umur minimal agar bunga
responsif terhadap Fotoperiodisme. Sebagai contoh: Kedelai setelah umur 6
minggu, Tembakau ditandai munculnya 5-6 daun, Pinus setelah berumur 5 tahun. Tahapan
tersebut dikatakan sebagai fase juwana, sebagai tahap vegetatif dasar (Basic
Vegetatif Phase, BVP) apabila BVP terpenuhi maka tanaman memasuki tahap induksi
fotoperiode (Photoperiod Induced Phase, PIP).
Pada tahun 1940-an
peneliti menemukan bahwa sesungguhnya panjang malam atau panjang kegelapan
tanpa selingan cahaya atau niktoperiode, dan bukan panjang siang hari, yang
mengotrol perbungaan dan respons lainnya terhadap fotoperiode. Banyak peneliti
bekerja dengan cocklebur, yaitu suatu tumbuhan hari pendek yang berbunga
hanya ketika panjang siang hari 16 jam ata lebih pendek (dan panjangnya malam
paling tidak 8 jam). Jika siang hari fotoperiode diselang dengan pemberian
kegelapan yang singkat, tidak ada pengaruh pada perbungaan. Namun, jika bagian
malam atau periode gelap dari fotoperiode disela dengan beberapa menit
penerangan cahaya redup, tumbuhan tersebut tidak akan berbunga. Coklebur
memerlukan paling tidak 8 jam kegelapan secar terus menerus supaya dapat
berbunga. Tumbuhan hari pendek sesungguhnya adalah tumbuhan malam panjang,
tetapi istilah yang lebih kuno tersebut tertanam kuat dalam jargon fisiologi tumbuhan.
Tumbuhan hari panjang sesungguhnya tumbuhan malam pendek, apabila ditanam pada
fotoperiode malam panjang yang biasanya tidak menginduksi perbungaan, tumbuhan
hari panjang akan berbunga jika periode kegelapan terus menerus diperpendek
selama beberapa menit dengan pemberian cahaya.
Dengan demikian, respon
fotoperiode tergantung pada suatu panjang malam kritis. Tumbuhan hari pendek
akan berbunga jika durasi malam hari lebih lama di banding dengan panjang
kritis (8 jam untuk cocklebur), tumbuhan hari panjang akan berbunga ketika
malam hari lebih pendek dibanding dengan panjang malam kritis. Industri
penanaman bunga telah menerapkan pengatahuan ini untuk menghasilkan bunga
diluar musimnya. Chrythemum misalnya adalah tumbuhan hari pendek yang biasanya berbunga
pada musim gugur, tetapi perbungaannya dapat ditunda sampai hari ibu (amerika
serikat, red) pada bulan mei dengan cara menyelang setiap malam panjang dengan
seberkas cahaya, yang mengubah satu malam panjang menjadi malam pendek.
Pada
banyak spesies tumbuhan hari pendek atau tumbuhan hari panjang, perbungaan
cukup diinduksi dengan memaparkan sebuah daun tunggal terhadap fotoperiode yang
tepat.Meskipun hanya satu daun dibiarkan bertaut pada tumbuhan, fotoperiode
akan tetap terdeteksi dan tunas bunga akan diinduksi. Namun, jika semua daun dibuang, tumbuhan akan
buta terhadap fotoperiode. Transmisi meristem dari pertumbuhan vegetatif
sampai ke perbungaan. Apapun kombinasi petunjuk lingkungan (seperti
fotoperiode) dan sinyal internal (seperti hormon) yang diperlukan untuk
perbungaan, hasilnya adalah transmisi meristem tunas dari keadaan vegetatif
menjadi satu keadaan perbungaan.Transmisi ini memerlukan perubahan ekspresi
gen-gen yang mengatur pembentukan pola. Gen identitas meristem yang menentukan
bahwa tunas akan membentuk bunga terlebih dahulu dan bukan membentuk tunas
vegetatif, harus diaktifkan (di-on-kan) terlebih dahulu. Kemudian gen identitas
organ-organ bunga kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik
diaktifkan pada daerah meristem yang tepat. Penelitian mengenai perkembangan
bunga sedang berkembang pesat, yang bertujuan untuk mengidentifikasi jalur
transduksi sinyal yang menghubungkan petunjuk-petunjuk seperti fotoperiode dan
perubahan hormonal dengan ekspresi gen yang diperlukan untuk perbungaan.
C.
Induksi
Fotoperiodisme
Induksi fotoperiodisme sangat penting dalam
perbungaan atau lebih tepat disebut induksi panjang malam kritisnya. Respon
tumbuhan terhadap induksi fotoperioda sangat bervariasi, ada tumbuhan untuk
perbungaannya cukup memperoleh induksi dari fotoperioda satu kali saja, tetapi
tumbuhan lain memerlukan induksi lebih dari satu kali. Xanthium strumarium
untuk perbungaannya memerlukan 8 x induksi fotoperioda yang harus berjalan
terus menerus. Apabila tanaman ini sebelum memperoleh induksi lengkap, mendapat
gangguan atau terputus induksi fotoperiodanya, maka tanaman itu tidak akan
berbunga. Kekurangan induksi fotoperioda tidak dapat ditambahkan demikian saja,
karena efek fotoperioda yang telah diterima sebelumnya akan menjadi hilang.
Untuk memperoleh induksi lengkap, tanaman tersebut harus mengulangnya dari awal
kembali.
Di dalam menerima rangsangan
fotoperioda ini, organ daun diketahui sebagai organ penerima rangsangan. Ada 4
tahap yang terjadi dalam resepon perbungaan terhadap rangsangan fotoperioda, pertama
menerima rangsangan, kedua transformasidari organ penerima rangsangan menjadi
beberapa polametabolisme baru yang berkaitan dengan penyediaan bahan untuk
perbungaan, ketiga pengangkuatan hasil metabolisme dan keempat terjadinya
respon pada titik tumbuh untuk menghasilkan perbungaan.
Beberapa percobaan dalam hubungan
dengan rangsangan ini, menunjukkan bahwa apabila daun dibuang segera setelah
induksi selesai, tidak akan terjadi perbungaan , sedangkan apabila daun dibuang
setelah beberapa jam sehabis selesai induksi, tumbuhan tersebut dapat berbunga.
Rangsangan yang diterima oleh satu tumbuhan dapat diteruskan pada tumbuhan lain
yang tidak memperoleh induksi, melalui cara tempelan (grafting) sehingga
tumbuhan tersebut dapat berbunga.
D.
Peran
Fitokrom dalam Fotoperiodisme
Fitokrom
adalah reseptor cahaya, suatu pigmen yang digunakan oleh tumbuhan untuk
mencerap (mendeteksi) cahaya. Sebagai sensor, ia terangsang oleh cahaya merah
dan infra merah, cahaya infra merah memiliki panjang gelombang yang lebih besar
dari pada cahaya merah. Fitokrom ditemukan pada semua tumbuhan. Molekul yang
serupa juga ditemukan pada bakteri. Tumbuhan menggunakan fitokrom untuk
mengatur beberapa aspek fisiologi adaptasi terhadap lingkungan, seperti
fotoperiodisme (pengaturan saat berbunga pada tumbuhan), perkecambahan,
pemanjangan dan pertumbuhan kecambah (khususnya pada dikotil), morfologi daun,
pemanjangan ruas batang, serta pembuatan (sintesis) klorofil. Secara struktur
kimia, bagian sensor fitokrom adalah suatu kromofor dari kelompok bilin (jadi
disebut fitokromobilin), yang masih sekeluarga dengan klorofil atau hemoglobin
(kesemuanya memiliki kerangka heme). Kromofor ini dilindungi atau diikat oleh
apoprotein, yang juga berpengaruh terhadap kinerja bagian sensor. Kromofor dan
apoprotein inilah yang bersama-sama disebut sebagai fitokrom.
Penelitian
rintisan terhadap pengaruh cahaya merah dan merah jauh terhadap pertumbuhan
tumbuhan antara 1940-1960 dilakukan oleh Sterling Hendricks dan Harry Borthwick
dari Pusat Penelitian Pertanian Beltsville di Maryland, dengan menggunakan
spektrograf dari bahan-bahan sisa Perang Dunia Kedua. Dari hasilnya diketahui
bahwa cahaya merah memacu perkecambahan dan memicu tanggap untuk pembungaan.
Lebih lanjut, cahaya merah jauh berpengaruh sebaliknya terhadap pengaruh cahaya
merah. Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa bagian yang peka terhadap rangsang
cahaya ini berada di daun.
Mekanisme
kerja fitokrom
Banyak
hipotesis diketemukan tentang mekanisme kerja dari fitokrom. Salah satunya
menyatakan kerja biologi pada mekanisme kerja fitokrom ini terjadi setelah
terbentuknya Pfr(phytocrome infra red).
merah
Pr
<=============> Pfr --------------- > kerja biologi
merah jauh
Sumber fitokrom dapat diperoleh
dari biji-biji yang etiolasi, sedangkan pada jaringan normal hanya sedikit.
Pada beberapa jaringan, perubahan Pr dan Pfr tidak selalu diikuti dengan
terjadinya respon morfogenetik. Perubahan Pr <-------> Pfr prosesnya
tidak sederhana seperti ditunjukkan di atas. Pengukuran dengan spektrofotometer
menunjukkan bahwa Pfr mungkin dipecah oleh cahaya merah jauh, tidak menunjukkan
hubungan secara kuantitatif dengan hilangnya Pfr. Diduga mungkin Pfr berubah
menjadi suatu derivat yang secara fotokimia tidak aktif.
Tidak aktif
x
Pr
<=======> Pfr---------> Pfr x-------------> kerja biologi
Merah
Jauh
Dirombak
Selain mengatur pembungaan, siklus
pertukaran Pr Pfr kini
juga diketahui mengatur fungsi pertumbuhan yang lain. Siklus ini misalnya
merangsang perkecambahan biji benih dan memperlambat pamanjangan batang.
Keadaan Pfr dengan jelas menunjukkan kepada biji bahwa terdapat cahaya matahari
dan keadaanya sesuai bagi perkecambahan. Setelah perkecambahan, keadaan Pr
menandakan bahwa pemanjangan batang perlu terjadi untuk memungkinkan tumbuhan
menerima cahaya matahari. Anak benih yang ditanam dalam keadaan gelap akan
mengetiolat, yaitu batangnya bertambah panjang dan daunnya juga tetap kecil.
Sebaiknya anak benih dibukakan terhadap cahaya matahari dan Pr ditukarkan
kepada Pfr. Anak benih mulai tumbuh secara normal daunnya bertambah besar dan
batangnya bercabang.
E.
Mekanisme
Pembungaan
Mengingat ketergantungan
tumbuhan hijau terhadap cahaya, tidaklah mengherankan jika cahaya merupakan
perangsang luar yang paling utama dalam hidup tumbuhan.Beberapa respon tumbuhan
terhadap cahaya telah disebutkan.Misalnya, respon phototropic yang efeknya timbul
melalui auksin. Respon ini akan membawa organ- organ fotosintetik dalam posisi
optimum relative terhadap datangnya cahaya. Respon terhadap cahaya yang lain,
misalnya membuka dan menutupnya sel pelindung dan respon cahaya dalam sintesa
klorofil dari tumbuhan berbunga. Kebanyakan respon tumbuhan terhadap cahaya,
adalah merupakan respon perkembangan dan tidak mempunyai arti penting dalam
metabolisme. Intensitas cahaya, qualitas cahaya, dan panjangnya penyinaran,
juga dapat menimbulkan respon perkembangan pada tumbuhan.
1.
Intensitas Cahaya
Beberapa respon tumbuhan
terhadap intensitas cahaya yang berbeda-beda adalah dilakukan melalui auksin,
dan efeknya timbul karena berkurangnya efektivitas auksin pada keadaan cahaya
yang terik. Sebagai contoh, tumbuhan yang tumbuh dalam gelap atau cahaya yang
lemah akan mempunyai batang yang panjang dengan ruas yang lebih panjang dan
lebih besar dari tumbuhan yang mendapat cahaya terang. Demikian juga, dalam
suatu tanaman dauan yang terluar yang mendapat cahaya matahari penuh tinggal
lebih kecil dari pada daun sebelah dalam yang terlindung.Tumbuhan tembakau
kadang- kadang dilindungi dari cahaya terik dengan jaring untuk mendapatkan
daun yang lebar.
Bila tumbuhan berada
lama dalam cahaya yang lemah, tumbuhan akan mengalami etiolasi, yakni batangnya
menjadi sangat panjang tanpa jaringan serabut penyongkong yang cukup. Jika
intensitas cahaya tidak naik kemtian akan terjadi. Sebaliknya, penyinaran yang
berlebihan akan menimbulkan tumbuhan yang kerdil dengan perkembangan yang
abnormal yang akhirnya berakhir dengan kematian.
Tumbuhan memerlukan
intensitas cahaya yang tertentu yang berbeda dari satu spesies dengan spesies
tumbuhan yang lain, untuk tumbuh dengan baik. Tumbuhan tertentu seperti tomat,
dan rumput- rumputan memerlukan cahaya matahari langsung dan terang untuk
perkembangan yang optimal. Pada tumbuhan itu, sintesa dari zat- zat hidup
meningkatnya berbanding lurus dengan meningkatnya intensitas cahaya(sampai
suatu batas tertentu). Sebaliknya tumbuhan lain seperti bangsa perdu tumbuh
secara optimal pada intensitas cahaya yang lebih rendah dan tumbuh kerdil jika
terkena cahaya matahari langsung terus- menerus. Sedang tumbuhan lain seperti
mawar tumbuh baik, baik pada cahaya terik maupun cahaya dengan intensitas yang
lebih rendah walaupun pertumbuhan dan berbunganya bisa dihambat atau berhenti
jika intensitas cahaya terlalu rendah.
2. Kualitas cahaya
Pada intensitas cahaya
yang tertentu, panjang gelombang cahaya yang berbeda menimbulkan efek yang
besar pada perkembangan tumbuhan.Sebagai contoh telah ditunjukkan bahwa
penyinaran pendek dengan cahaya merah sering menghambat perpanjangan batang
pada tumbuhan seperti kacang dan padi- padian.Tetapi penghambatan ini bisa
dikembalikan ke normal dan pertumbuhan batang bisa dipacu dengan penyinaran
“Farred” dari spectrum cahaya.Pada daun, penyinaran dengan cahaya merah dan far
red menghasilkan efek yang berlawanan; cahaya infra merah menghambat
perkembangan daun, sinar merah memperbaiki pengahambatan itu.
3. Panjangnya penyinaran
Respon perkembangan
tumbuhan terhadap bermacam- macam lama penyinaran disebut photoperidositas. Perkembangan
bunga tertutama sangat dipengaruhi oleh panjang hari yang berbeda atau
photoperiode.Berdasarkan photoperiode yang diperlukan untuk berbunga, dapat
dibedakan menjadi 3 jenis tumbuhan.Dalam tumbuhan hari pendek (short day plant)
bunga berkembang jika tumbuhan mendapatkan penyinaran kurang dari 12 jam
perhari. Aster, strawberry, krisan, padi adalah diantara tumbuhan yang termasuk
dalam jenis ini.
Pada tumbuhan hari
panjang berkembang hanya jika photoperiode tiap hari adalah lebih dari 12
jam.Sebagai contohnya, termasuk gandum, clover, wortel, dan selada.Group yang
ketiga tidak dipengaruhi oleh lama penyinaran.Group yang termasuk dalam
tumbuhan de minate menghasilkan bunga tanpa memandang lama penyinaran matahari
setiap hari.Tumbuhan yang termasuk adalah tomat, mentimun, kapas, dan bunga
matahari.
Tumbuhan hari pendek
gagal berbunga atau berbunganya dihambat daan sangat berkurang jika mendapat
lama penyinaran matahari yang panjang. Sebaliknya tumbuhan hari panjang lambat
berbunga atau tidak berbunga sama sekali jika mendapat penyinaran yang pendek.
Seringkali penyinaran yang singkat pada panjang penyinaran yang sesuai
diperlukan untuk mendorong tumbuhan itu berbunga.Dalam hal ini spesies yang
berbeda menunjukkan kebutuhan yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya
penyinaran atau panjang pendeknya hari yang dapat merangsang pembungaan.
Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang
dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya krisan, jagung, kedelai,
anggrek, dan bunga matahari. Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika
terkena penyinaran lebih dari 12 jam (14 – 16 jam) sehari. Tumbuhan hari
panjang, contohnya kembang sepatu, bit gula, selada, dan tembaku. Tumbuhan
hari sedang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-kira 12 jam
sehari. Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu. Tumbuhan hari netral,
tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hari untuk pembungaannya.
Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi, wortel liar, dan kapas
Fitokrom merupakan reseptor cahaya, suatu pigmen yang
digunakan oleh tumbuhan untuk mencerap (mendeteksi) cahaya. Tumbuhan
menggunakan fitokrom untuk mengatur beberapa aspek fisiologi adaptasi terhadap
lingkungan, seperti fotoperiodisme (pengaturan saat berbunga pada tumbuhan),
perkecambahan, pemanjangan dan pertumbuhan kecambah (khususnya pada dikotil),
morfologi daun, pemanjangan ruas batang, serta pembuatan (sintesis) klorofil.
Secara struktur kimia, bagian sensor fitokrom adalah suatu kromofor dari
kelompok bilin (jadi disebut fitokromobilin), yang masih sekeluarga dengan
klorofil atau hemoglobin (kesemuanya memiliki kerangka heme).
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell. 2003. Biologi
edisi ke-5. Penerbit. Jakarta : Erlangga
Dwijoseputro,
D.,1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta :
PT Gramedia
Sasmitamihardja,
dkk.1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung
: Departemen Pendidikan. dan Kebudayaan,
FMIPA-ITB,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar