BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan
suatu tubuh tumbuhan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan atau aktivitas
bagian lainnya. Diduga hubungan itu terjadi karena adanya suatu senyawa kimia
tertentu yang bergerak dari suatu bagian ke bagian lainnya. Senyawa kimia pada
tumbuhan tersebut salah satunya adalah hormon. Hormon berasal dari kata Yunani hormaein
yang berarti menggerakkan, dari pengertian hormon tersebut dapat
dijabarkan bahwa hormon tumbuhan adalah suatu senyawa organik yang disintesis
dalam satu bagian tumbuhan dan diangkut
kebagian lain dalam konsentrasi yang sangat rendah dan melibatkan respon
fisiologi.
Proses perkembangan dan pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan tidak lepas dari
pengaruh zat kimia tertentu berupa protein yang disebut hormon. Penggunaan
istilah "hormon" sendiri menggunakan
analogi fungsi hormon pada hewan dan sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat
sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa
hormon tertentu tumbuhan (hormon
endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat
diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan
penyemprotan (hormon eksogen,
diberikan dari luar sistem individu). Para ilmuwan sendiri lebih sering
menggunakan istilah zat
pengatur tumbuh atau plant
growth regulator.
Fungsi
hormon pada tumbuhan yaitu sebagai koordinator pertumbuhan dan perkembangan.
Hormon yang dimaksud adalah auksin, giberelin, sitokinin, absisin, dan etilen.
Tergantung pada sistem yng dipengaruhi, hormon dapat berfungsi sendiri atau
lebih sering dalam keseimbangan antar hormon itu. Pemberin hormon dapat
berakibat terhadap berbagai macam pertumbuhan yang tidak berkaitan, diduga
hormon dari luar akan mengganggu keseimbangan hormon di dalam tubuh.
Konsentrasi masing-masing hormon akan menentukan tanggapan pertumbuhan yang
terjadi. Hormon biasanya hanya efektif pada konsentrasi internal sekitar 1 µM
atau kurang. Hormon yang diproduksi oleh tumbuhan sering mempengaruhi sel
lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh untuk
membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak
jauh.
Hormon
tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai
prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila
konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula
tidak aktif akan mulai ekspresi. Hormon tumbuhan adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu
bagian tumbuhan dan bahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat
rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis. Respon pada organ sasaran
tidak perlu bersifat memacu, karena proses seperti pertumbuhan atau
diferensiasi terkadang terhambat oleh hormon. Karena hormon harus disintesis
oleh tumbuhan, maka ion anorganik seperti K⁺ atau Ca²⁺, yang dapat juga menimbulkan respon penting , dikatakan bukan hormon. Zat
pengatur tumbuh organik yang disintesis oleh ahli kimia organik (misalnya,
2,4,D, sejenis auksin).
Kini
ditemukan kesimpulan bahwa salah satu hal yang dikerjakan hormon tumbuhan
adalah mengendalikan aktivitas gen. Agar hormone tumbuhan yang terdapat dalam jumlah mikromolar atau submikromolar
itu bersifat aktif dan khas, harus ada tiga bagian utama dalam sistem respons.
Yang pertama hormone harus ada dalam jumlah yang cukup pada setiap sel yang
tepat. Yang kedua, hormon harus dikenali dan diikat erat oleh sekelompok sel
yang tanggap terhadap hormon (sel sasaran). Yang ketiga, protein penerima harus
menyebabkan metabolik lain yang mengarah pada penguatan isyarat atau kurir
hormon.
Hormon
auksin pertama kali ditemukan oleh Went yang terdapat pada ujung koleoptil
kecambah gandum (Avena sativa). Pada
penelitian Went lebih lanjut, ternyata diketahui hormon auksin juga ditemukan
pada ujung koleoptil kecambah tanaman yang lain. Hormon auksin merupakan
senyawa kimia Indol Asetic Acid (IAA) dihasilkan dari sekresi pada titik tumbuh
yang terletak pada ujung tunas (terdiri atas batang dan daun), ujung akar, daun
muda, bunga, buah, dan kambium. Jika hormon auksin berada di ujung tunas, maka
akan diangkut oleh jaringan berkas pembuluh (xilem dan floem) menuju ke tunas
untuk tumbuh dan pemanjangan sel-sel jaringan batangnya.
Pada bagian
manakah hormon auksin diproduksi? Hormon auksin diproduksi di bagian koleoptil
ujung tunas lalu diangkut oleh jaringan pembuluh angkut menuju tunas,
selanjutnya tunas akan tumbuh menjadi tunas bagian akar, batang, dan daun. Pada
tunas batang, auksin akan berkumpul di bawah permukaan batang yang menyebabkan
sel-sel jaringan di bawah permukaan batang tersebut akan tumbuh lebih cepat
dari sel-sel jaringan di atas permukaan batang. Mengapa demikian? Karena sifat
hormon auksin sangat peka terhadap panas atau sinar. Auksin akan rusak dan
berubah menjadi suatu zat yang justru akan menghambat terjadinya pembelahan
sel-sel pada daerah pemanjangan batang, sehingga pertumbuhan sel-sel batang
yang terkena sinar matahari akan menjadi lebih lambat dibandingkan dengan
sel-sel jaringan pada sisi batang yang tidak terkena sinar matahari.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian hormon?
2. Apakah
pengertian hormon auksin?
3. Apa saja
macam-macam hormon auksin?
4. Bagaimana
biosintesis auksin?
5. Bagaimana
pengaruh auksin dalam pertumbuhan dan perkembangan?
6. Bagaimana
proses pengangkutan auksin?
7. Apa saja
fungsi hormon auksin pada tumbuhan?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
pengertian hormon.
2. Mengetahui
pengertian hormon auksin.
3. Mengetahui
macam-macam hormon auksin.
4. Mengetahui
proses biosintesis auksin.
5. Mengetahui
pengaruh auksin pada pertumbuhandan perkembangan.
6. Mengetahui proses
pengangkutan auksin.
7. Untuk
mengetahui fungsi hormon auksin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hormon
Perkembangan tumbuhan dipengaruhi atau dikontrol oleh hormon, yaitu senyawa-senyawa kimia yang disintesis pada lokasi tertentu oleh suatu organisme,
kemudian diangkut ke tempat lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara
yang spesifik pada konsentrasi yang sangat rendah, untuk mengatur pertumbuhan,
perkembangan atau metabolisme. Hormon tumbuhan atau bisa kita kenal dengan
fitohormon ini merupakan senyawa organik yang berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan yang dibuat oleh suatu bagian tumbuhan. Hormon tumbuhan dengan
konsentrasi rendah menyebabkan suatu dampak fisiologis. Dampak fisiologi
merupakan akibat yang terjadi pada proses pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan.
Pada kenyataannya sangat sukar untuk
mendefinisikan istilah hormon dengan tepat. Penggunaan istilah zat pengatur
tubuh sering lebih baik, dan menunjukkan senyawa-senyawa baik alami maupun
sintetik yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme. Senyawa
hormon bukan suatu metabolit antara atau hasil suatu rangkaian reaksi yang
dipengaruhinya, dan biasaya aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah.
Beberapa kelompok hormon telah diketahui dan
beberapa diantaranya bersifat sebagai perangsang pertumbuhan dan perkembangan
(promoter), sedangkan yang lainnya bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada
tumbuhan.
Penggunaan istilah "hormon" sendiri
menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Namun
demikian, hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari suatu jaringan khusus berupa kelenjar buntu (endokrin)
sebagaimana hewan, tetapi dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya meristematik) yang menghasilkan zat ini apabila mendapat rangsang. Penyebaran hormon tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena hormon tumbuhan dapat ditranslokasi melalui sitoplasma atau ruang
antarsel. Hormon tumbuhan dihasilkan
sendiri oleh individu yang bersangkutan ("endogen").Pemberian hormon
dari luar sistem individu dapat pula dilakukan ("eksogen"). Pemberian
secara eksogen dapat juga melibatkan bahan kimia non-alami (sintetik, tidak
dibuat dari ekstraksi tumbuhan) yang menimbulkan rangsang yang serupa dengan
fitohormon alami. Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan dari hormon
hewan, dipakai pula istilah zat
pengatur tumbuh tumbuhan (bahasa
Inggris: plant growth
regulator/substances) bagi hormon tumbuhan.
2.2.
Hormon
Auksin
a. Pengertian Hormone Auksin
Istilah
auksin ( dari bahasa Yunani auxien,
“meningkatkan” ) pertama kali digunakan oleh Frits Went, seorang mahasiswa
pascasarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang menemukan bahwa suatu
senyawa yang belum dapat diketahui mungkin menyebabkan pembengkokan ini, yang
disebut fototropisme. Senyawa yang ditemukan Went didapati cukup banyak di
ujung koleoptil dan menunjukkan upaya Went untuk menjelaskan hal tersebut. Hal
penting yang ingin diperlihatkan bahwa bahan tersebut berdifusi dari ujung
koleoptil menuju potongan kecil. Aktivitas auksin dilacak melalui pembengkokan
koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada sisi tumbuhan.
Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang
ditemukan pada ujung batang, akar, dan
pembentukan bunga yang
berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di
daerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan tumbuhan. Peran
auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Belanda bernama Fritz Went
(1903-1990). Hormon auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang mempengaruhi pemanjangan koleoptil gandum, yang
telah dikemukakan oleh Charles Darein pada abad ke-19. Percobaan definitive
yang membuktikan adanya zat yang berdifusi dan merangsang pembesaran sel, telah
dikerjakan oleh Fritz Went di Holand pada tahun 1920, dan pada tahun 1930
struktur dan identitas auksin diketahui sebagai asam indol-3-asetat (IAA).
Auksin
disintesis di pucuk batang dekat meristem pucuk, jaringan muda (misal, daun
muda), dan selalu bergerak
ke arah bawah batang (polar), sehingga terjadi perbedaan auksin di ujung batang
dan di akar. Auksin banyak diproduksi di jaringan meristem pada bagian
ujung-ujung tumbuhan, seperti kuncup bunga, pucuk daun dan ujung batang. Selain
itu di embrio biji. Auksin tersebut disebarkan ke seluruh bagian tumbuhan,
tetapi tidak semua bagian mendapat bagian yang sama. Bagian yang jauh dari
ujung akan mendapatkan auksin lebih sedikit. Aktivitasnya meliputi perangsangan
dan penghambatan pertumbuhan, tergantung pada konsentrasi auksinnya. Jaringan
yang berbeda memberikan respon yang berbeda pula terhadap kadar auksin yang
merangsang atau menghambat pertumbuhan tanaman.
Auksin dan
pemanjangan sel, meristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis
auksin. Karena auksin dari apeks tunas bergerak turun ke daerah pemanjangan
sel, sehingga hormon akan merangsang pertumbuhan sel – sel tersebut. Auksin
berpengaruh hanya pada kisaran konsentrasi tertentu, yaitu sekitar 10 -8 sampai
10-3 M. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, auksin bisa
menghambat pemanjangan sel. Hal ini disebabkan oleh tingginya level auksin yang
menginduksi sintesis hormon lain, yaitu etilen, yang umumnya bekerja sebagai
inhibitor pertumbuhan tumbuhan akibat pemanjangan sel. Jika terkena cahaya
matahari, auksin akan mengalami kerusakan sehingga menghambat pertumbuhan
tumbuhan. Hal ini menyebabkan batang membelok ke arah datangnya cahaya karena
pertumbuhan bagian yang tidak terkena cahaya, lebih cepat dari pada bagian yang
terkena cahaya.
b. Macam – Macam Hormon Auksin
Auksin yang ditemukan Went kini diketahui
sebagai asam indolasetat (IAA) dan beberapa ahli fisiologi masih menyamakan IAA dengan auksin. Namun, tumbuhan mengandung tiga
senyawa lain yang strukturnya mirip dengan IAA dan menyebabkan banyak respon
yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai hormon
auksin. Salah satunya adalah asam 4- kloroindolasetat (4-kloroIAA) yang
ditemukan pada biji muda berbagai jenis kacang-kacangan. Yang lainnya asam
fenilasetat (PAA) ditemui pada banyak jenis tumbuhan dan sering lebih banyak
jumlahnya daripada IAA, walaupun kurang aktif dalam menimbulkan respon khas
IAA. Yang ketiga asam indobutirat (IBA) yang ditemukan belakangan semula diduga
hanya merupakan auksin tiruan yang aktif namun ternyata ditemukan daun jagung
dan berbagai jenis tumbuhan dikotil sehingga barangkali zat tersebut tersebar
luas pada dunia tumbuhan.
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam
Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam
amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang
secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari
IAA seperti IAN = Indolaseto nitril, TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld =
Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase.
Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928
dari biji-bijian dan tepung sari bunga yang tidak aktif, dari hasil isolasi
didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam Indolasetat) atau C10H9O2N. Setelah
ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan jenis auksin
sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 -
Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo),
Amiben atau Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 – diklorobenzoat) dan Pikloram atau
Tordon (asam 4 – amino – 3, 5, 6 – trikloro – pikonat).
Dimana
didalam tubuh tumbuhan dijumpai dalam bentuk :
1. Bebas (IAA)
2. Terikat dengan molekul lain
3. Sebagian prekursor : indol
asetaldehid, indol asetonitril, indol etanol, triptamin
4. Macam auxin
endogen yang lain : IBA (indol asam butirat) PAA (phenil asam asetat)
c. Biosintesis Auksin
IAA secara kimiawi mirip
dengan asam amino triptofan yang umumnya diterima menjadi molekul darimana IAA
berasal. Tiga mekanisme telah diusulkan untuk menjelaskan konversi iniyaitu : 1) Triptofan diubah menjadi asam indolepyruvic melalui reaksi transaminasi. 2) Asam Indolepyruvic kemudian diubah
menjadi indoleacetaldehyde oleh reaksi dekarboksilasi. 3) Langkah terakhir melibatkan oksidasi indoleacetaldehyde menghasilkan asam
indoleacetic.
Pengaruh IAA terhadap
pertumbuhan batang dan akar tanaman kacang kapri. Kecambah yang diberi
perlakuanIAA menunjukkan pertambahan tinggi yang lebih besar (kanan) dari
tanaman kontrol (kurva hitam). Tempat sintesis utama auksin pada tanaman yaitu
di daerah meristem apikal tunas ujung. IAA yang diproduksi di tunas ujung tersebut diangkut ke bagian bawah dan
berfungsi mendorong pemanjangan sel batang. IAA mendorong pemanjangan sel
batang hanya pada konsentrasi tertentu yaitu 0,9 g/l. Di atas konsentrasi
tersebut IAA akan menghambat pemanjangan sel batang. Pengaruh menghambat ini
kemungkinan terjadi karena konsentrasi IAA yang tinggi, Mengakibatkan tanaman
mensintesis ZPT lain yaitu etilen yang memberikan pengaruh berlawanan dengan
IAA.
Berbeda dengan pertumbuhan
batang, pada akar, konsentrasi IAA yang
rendah (<10-5 g/l) memacu pemanjangan sel - sel akar, sedangkan
konsentrasi IAA yang tinggi menghambat
pemanjangan sel akar. Sehingga dapat disimpulkan :
1. Pemberian
ZPT yang sama tetapi dengan konsentrasi yang berbeda menimbulkan pengaruh yang berbeda pada satu
sel target.
2. Pemberian
ZPT dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada sel
- sel target yang berbeda.
Triptofan mengalami dekarboksilasi sehingga
tryptamine.Tryptamine kemudian teroksidasi dan deaminasi untuk
indoleacetaldehyde.Molekul ini selanjutnya dioksidasi untuk menghasilkan asam
indoleacetic.Seperti baru-baru 1991, mekanisme ini telah berkembang 3.IAA dapat
diproduksi melalui mekanisme triptofan-independen.Mekanisme ini kurang
dipahami, tetapi telah terbukti menggunakan trp (-) mutan. Percobaan lain
menunjukkan bahwa, pada beberapa tanaman, mekanisme ini sebenarnya adalah
mekanisme yang disukai biosintesis IAA.
Enzim bertanggung jawab atas biosintesis IAA
yang paling aktif dalam jaringan muda seperti meristem apikal tunas dan daun
tumbuhan dan buah-buahan. Jaringan yang sama adalah lokasi di mana konsentrasi
tertinggi IAA ditemukan. Salah satu cara tanaman dapat mengontrol jumlah yang
hadir IAA pada jaringan pada waktu tertentu adalah dengan mengontrol
biosintesis hormon. Mekanisme lain kontrol melibatkan produksi konjugat
yangdalam istilah yang sederhana, molekul yang menyerupai hormon tetapi tidak aktif.
Pembentukan konjugat mungkin merupakan mekanisme untuk menyimpan dan mengangkut
hormon aktif.Konjugasi dapat dibentuk dari IAA melalui enzim hidrolase.
Konjugasi dapat cepat diaktifkan oleh rangsangan lingkungan menandakan respon
hormonal cepat. Degradasi auksin adalah metode akhir mengendalikan kadar
auksin.
IAA oksidasi oleh oksigen yang mengakibatkan
hilangnya gugus karboksil dan 3-methyleneoxindole sebagai produk pemecahan
utama. IAA oksidase adalah enzim yang mengkatalisis kegiatan ini. Konjugat dari
IAA dan auksin sintetis seperti 2,4-D tidak dapat dihancurkan oleh kegiatan
ini. C-2 dari cincin heterosiklik dapat teroksidasi sehingga oxindole-3-asam
asetat.C-3 dapat teroksidasi selain C-2 sehingga dioxindole-3-asam asetat.
Mekanisme yang biosintesis dan degradasi molekul auksin terjadi adalah penting
untuk aplikasi pertanian masa depan. Informasi mengenai metabolisme auksin
kemungkinan besar akan menyebabkan manipulasi genetik dan kimia kadar hormon
endogen sehingga pertumbuhan diinginkan dan diferensiasi spesies tanaman
penting. Pada akhirnya, ada kemungkinan untuk mengatur pertumbuhan tanaman
tanpa menggunakan herbisida berbahaya dan pupuk.
Auksin sintetis ini sudah digunakan secara luas
dan komersil di bidang pertanian, dimana batang, pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan
memperlihatkan respon terhadap auksin, yaitu peningkatan laju pertumbuhan
terjadi pada konsentrasi yang optimal dan penurunan pertumbuhan terjadi pada
konstrasi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Setelah pemanjangan ini, sel
terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma.
Selain memacu pemanjangan sel, hormon auksin yang di kombinasikan dengan giberelin
dapat memacu pertumbuhan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada
kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.
Menurut
Larsen, Indoleacetaldehyde diidentifikasikan sebagai bahan auksin yang aktif
dalam tanaman. Selanjutnya Larsen (1951); Bentley dan Houstley (1952)
mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan
kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut menurut Gordon (1956) adalah
perubahan dari Tripthopan menjadi IAA. Tryptamine sebagai salah satu zat
organik, merupakan salah satu zat yang terbentuk dalam biosintesis IAA. Dalam
hal ini perlu dikemukakan pula bahwa Tryptophan adalah zat organik terpenting
dalam proses biosintesis IAA.
Bahan
organik lain yaitu Indoleacetonitrile adalah bahan organik yang ditemukan dalam
tanaman Cruciferae dan dapat dikelompokkan ke dalam auksin. Menurut Thimann dan
Mahadevan (1958), zat tersebut atas bantuan enzim nitrilase dapat membentuk
aksin. Cmelin dan Virtanen (1961) menerangkan bahwa Indoleacetonitrile yang
terdapat pada tanaman, terbentuk dari Glucobrassicin atas bantuan aktivitas
enzim myrosinase. Dan zat organik lain (Indoleeethanol) yang terbentuk dari
Trypthopan dalam biosintesis IAA atas bantuan bakteri.
Sebagaimana
kita ketahui, IAA adalah endogenous auksin yang terbentuk dari Tryptophan yang
merupakan suatu senyawa dengan inti Indole dan selalu terdapat dalam jaringan
tanaman. Didalam proses biosintesis, Trytophan berubah menjadi IAA dengan
membentuk Indole pyruvic acid dan indole-3-acetaldehyde. Tetapi IAA ini dapat
pula terbentuk dari Tryptamine yang selanjutnya menjadi Indole-3-acetaldehyde, selanjutnya
menjadi Indole-3-acetic acid (IAA). Sedangkan mengenai perubahan dari
ndole-3-acetonitrile menjadi IAA dengan bantuan enzim nitrilase prosesnya masih
belum diketahui. Secara sederhana bahwa gula (glukosa, arabinosa) dan lemak
membentuk kompleks IAA.
Pemecahan
IAA dapat pula terjadi di alam.Hal ini adalah sebagai akibat adanya photo
oksidasi dan enzim. Dalam photo oksidasi, pigmen pada tanaman akan menyerap
cahaya, kemudian energi ini dapat mengoksidasi IAA. Adapun pigmen yang berperan
adalah Ribovlavin dan B-Carotene.Enzymatic oxidation yang
terjadi pada IAA telah ditemukan oleh para ahli dalam berbagi jaringan tanaman.
Oksidasi IAA oleh hydrogen peroksida, kemudian di katalisasi oleh enzim
peroksida sehingga menghasilkan indolealdehyde yang bersifat aktif. Ada
hubungan yang berbanding terbalik antara aktivitas oksidase IAA dengan
kandungan IAA dalam tanaman. Apabila kandungan IAA tinggi, maka aktivitas IAA
oksidase menjadi rendah, begitu pula sebaliknya. Didaerah meristematik yang
kadar auksinnya tinggi, ternyata aktivitas IAA oksidasenya rendah. Sedangkan di
daerah perakaran yang kandungan auksinnya rendah ternyata aktivitas IAA oksidasenya tinggi.
Posisi dan panjang rantai
keasaman, berpengaruh terhadap aktivitas auksin. Rantai yang mempunyai carboxyl
group yang dipisahkan oleh karbon atau oksigen akan memberikan aktivitas yang
optimal. Sebagai contoh IAA dan 2,4-D. Dari hasil studi tentang pengaruh auksin
terhadap perkembangan sel menunjukkan bahwa auksin dapat meningkatkan tekanan
osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, meningkatkan sintesis
protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel. Menurut Wareing
dan Phillps (1970) di dalam fase pertumbuhan tanaman terdiri dari dua fase
yaitu fase pembelahan dan fase perkembangan. Pada saat sel mengalami
enlargement phase, sel tidak hanya mengalami peregangan akan tetapi juga
mengalami penebalan dinding sel baru. Pertumbuhan sel ini distimulasi oleh auksin
Pectic
acid adalah suatu asam yang mengandung 1-4 rantai galacturonic acid.
Galacturonic acid ini merupakan turunan dari galactose sebagai hasil oksidase
carbon-6 suatu carbinoyl group (-CH2OH) menjadi suatu carboxyl group (-COOH).
Dalam proses selanjutnya, terjadilah pergantian dari (-COOH) menjadi (-CH3)
dengan mengalami proses esterisasi yang akhirnya menjadi Pectin. Tetapi pectic
acid pun dapat pula berubah menjadi calcium pectate dengan penambahan Ca2+.
Penambahan Ca2+ pada dinding sel dapat mengakibatkan rigiditas pada dinding
sel, yang menghambat proses cell enlargement. Untuk menghindari hambatan
tersebut auksin mempunyai peranan dalam menggeser Ca2+ dari pectic substance,
sehingga terjadi pelunakan pada dinding sel.
Menurut
Delvin, kehadiran auksin berpengaruh
terhadap sintesa protein. Fungsi auksin di dalam proses tersebut membebaskan
DNA dari Histone untuk sintesis RNA. mRNA akan membantu pembentukan
enzim-enzim, enzim-enzim ini akan meningkatkan plastisitas dan plelebaran
dinding sel. Sehingga secara umum auksin mendorong perpanjangan sel dengan cara
mempengaruhi dinding sel.
d. Pengaruh Auksin pada Pertumbuhan dan Perkembangan
Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak
terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan (growth and development)
suatu tanaman. Hasil penemuan Kogl dan Konstermans (1934) dan Thymann (1935)
mengemukakan bahwa Indole Acetic Acid (IAA) adalah suatu auxin.Auksin istilah
berasal dari kata Yunani auxein yang berarti tumbuh.Senyawa umumnya dianggap
auksin jika mereka dapat dicirikan oleh kemampuan mereka untuk menginduksi
pemanjangan sel pada batang dan sebaliknya menyerupai asam indoleacetic (auksin
pertama kali diisolasi) dalam aktivitas fisiologis. Auksin biasanya
mempengaruhi proses-proses lain selain pemanjangan sel batang sel tetapi
karakteristik ini dianggap penting dari semua auksin dan dengan demikian
"membantu" define hormon. Sejarah Auksin dan Penelitian Awal Auksin
adalah hormon tanaman pertama kali ditemukan. Charles Darwin merupakan salah
satu ilmuwan pertama yang mencoba-coba dalam penelitian tanaman hormon. Dalam
bukunya "The Power of Mutasi Tanaman" yang disajikan pada tahun 1880,
ia pertama menggambarkan efek cahaya pada gerakan rumput kenari (canariensis
Phalaris) coleoptiles.
Koleoptil adalah daun
khusus yang berasal dari simpul pertama yang selubung yang epikotil dalam tahap
pembibitan tanaman melindunginya sampai muncul dari tanah.Ketika cahaya
bersinar pada koleoptil searah, itu membungkuk ke arah cahaya. Jika ujung
koleoptil ditutup dengan aluminium foil, tidak lentur akan terjadi terhadap
cahaya searah. Namun jika ujung koleoptil itu dibiarkan terbuka tetapi bagian
tepat di bawah ujung ditutupi, paparan sinar searah menghasilkan kelengkungan
menuju terang. Percobaan Darwin menyarankan bahwa ujung koleoptil adalah
jaringan yang bertanggung jawab untuk mengamati cahaya dan memproduksi beberapa
sinyal yang diangkut ke bagian bawah koleoptil dimana respon fisiologis
membungkuk terjadi. Dia kemudian memotong ujung koleoptil dan terkena sisa
koleoptil terhadap cahaya searah untuk melihat apakah melengkung terjadi. Lengkung
tidak terjadi mengkonfirmasikan hasil percobaan pertamanya.Itu adalah tahun
1885 yang Salkowski menemukan indole-3-asetat (IAA) dalam media fermentasi.
Isolasi dari produk yang sama dari jaringan tanaman tidak akan ditemukan dalam
jaringan tanaman selama hampir 50 tahun.
IAA adalah auksin
utama yang terlibat dalam banyak proses fisiologis dalam tanaman. Pada tahun
1907, Fitting mempelajari efek membuat sayatan di kedua sisi terang atau gelap
tanaman.Hasil-Nya ditujukan untuk memahami jika translokasi sinyal terjadi pada
sisi tertentu dari pembangkit tersebut tetapi hasilnya tidak meyakinkan karena
sinyal mampu persimpangan atau terjadi di sekitar sayatan. Pada tahun 1913,
percobaan Boysen-Jensen dimodifikasi Fritting itu dengan memasukkan potongan
mika untuk memblokir pengangkutan sinyal dan menunjukkan bahwa pengangkutan
auksin menuju pangkalan terjadi pada sisi gelap dari tanaman yang bertentangan
dengan sisi terkena sinar searah (Boysen -Jensen, 1913). Pada tahun 1918, Paal
dikonfirmasi hasil Boysen-Jensen dengan memotong ujung koleoptil dalam gelap,
memperlihatkan hanya tips untuk cahaya, menggantikan ujung koleoptil pada
tanaman tetapi off terpusat ke satu sisi atau yang lain.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pihak mana saja yang terkena koleoptil, kelengkungan terjadi
ke sisi lain (Paal, 1918). Soding adalah ilmuwan di samping memperluas
penelitian auksin dengan memperluas ide Paal itu. Dia menunjukkan bahwa jika
tips yang terputus ada penurunan dalam pertumbuhan tetapi jika mereka dipotong
dan kemudian diganti pertumbuhan terus terjadi (Soding, 1925). Pada tahun 1926,
seorang mahasiswa pascasarjana dari Belanda dengan nama Fritz Went menerbitkan
sebuah laporan yang menggambarkan bagaimana ia mengisolasi zat pertumbuhan
tanaman dengan menempatkan blok agar-agar di bawah ujung koleoptil untuk
periode waktu kemudian menghapus mereka dan menempatkan mereka di batang Avena
dipenggal (Went, 1926). Setelah penempatan agar-agar, reranting kembali
pertumbuhan (lihat di bawah). Pada tahun 1928, pergi mengembangkan metode untuk
mengkuantifikasi fitohormon ini. Hasil penelitiannya menujukkan bahwa
pembengkokan batang adalah sebanding dengan jumlah zat pertumbuhan agar-agar
(Went, 1928). Tes ini disebut tes kelengkungan Avena.
Sebagian besar
pengetahuan kita saat ini auksin diperoleh dari aplikasi. Pergi kerja yang
memiliki pengaruh besar dalam merangsang pertumbuhan tanaman penelitian
substansi.Ia sering dikreditkan dengan dubbing auksin istilah tapi sebenarnya
Kogl dan Haagen-Smit yang dimurnikan asam senyawa auxentriolic (auksin A) dari
urin manusia di 1931 (Kogl dan Haagen-Smit, 1931). Kemudian Kogl senyawa lain
terisolasi dari urine yang sama dalam struktur dan fungsi seperti auxin A,
salah satu yang indole-3 asam asetat (IAA) pada awalnya ditemukan oleh Salkowski
pada tahun 1985. Pada tahun 1954 sebuah komite ahli fisiologi tanaman menyusun
karakteristik kelompok auksin. Istilah ini berasal dari makna auxein Yunani
"untuk tumbuh". Senyawa umumnya dianggap auksin jika mereka
disintesis oleh tanaman dan zat yang berbagi aktivitas mirip dengan IAA (auksin
pertama yang diisolasi dari tanaman).
Auksin
berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormon auksin
dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk tumbuhan. Jika terkena
cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini
mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat
dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya, tumbuhan akan membengkok
ke arah cahaya matahari. Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan
mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel tumbuhan. Auksin
yang dihasilkan pada tunas apikal (ujung) batang dapat menghambat tumbuhnya
tunas lateral (samping) atau tunas ketiak. Bila tunas apikal akan menumbuhkan
daun-daun, peristiwa ini disebut dominansi apikal. Pemberian hormon auksin pada
tumbuhan akan menyebabkan terjadinya pembentukan buah tanpa biji, akar lateral
(samping), dan serabut akar. Pembentukan akar lateral dan serabut akar
menyebabkan proses penyerapan air dan mineral dapat berjalan optimum.
Auksin memberikan pengaruh
efek dalam penghambatan suatu faktor dominansi terhadap kuncup samping
(ketiak), yaitu zat penghambat yang terdapat di daun muda. Jika auksin
ditambahkan pada sisa batang yang terpotong, setelah apeks tajuk dipangkas,
maka perkembangan kuncup samping dan arah pertumbuhan cabang yang tegak akan
terhambat lagi pada banyak spesies. Penggantian kuncup atau daun muda oleh
auksin menunjukkan bahwa zat penghambat yang dihasilkan oleh IAA atau auksin
lain. Sekalipun uraian Tamas (1987) sangat mendukung hipotesis bahwa auksin
endogen merupakan penghambat, yang biasanya mencegah tumbuhnya kuncup samping.
Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan dan perkembahan adalah sebagai berikut :
1. Merangsang pemanjangan sel pada kecambah rumput dan
tumbuhan herba. Penyebaran auksin pada batang tidak merata sehingga daerah
dengan banyak auksin mengalami pemanjangan sel dan membuat batang membengkok.
2. Merangsang pembentukan akar
3. Merangsang pembentukan buah tanpa biji
4. Merangsang diferensiasi jaringan pembuluh sehingga
merangsang pertumbuhan diameter batang
5. Merangsang absisi (pengguguran daun)
6. Berperan dalam dominansi apikal, yaitu keadaan
pertumbuhan batang terus ke atas dan tidak menghasilkan cabang. Jika ujung
batang dipotong, dominansi apikal akan hilang dan tumbuhan menghasilkan cabang
dari tunas ketiak.
Auksin merangsang pemanjangan
sel pada konsentrasi tertentu.Rentang konsentrasi ini berbeda pada akar dan
batang. Jika konsentrasi auksin terlalu tinggi, pemanjangan akar dan batang
akan terhambat. Karena hal itu, auksin konsentrasi tinggi dapat digunakan
sebagai herbisida.
e. Proses Pengangkutan Auksin
Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi
pemanjangan sel dan juga memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel.
Ion H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang
hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian
memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Auksin
merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak proses
fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa
protein.
Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik
yang aktif (yaitu tunas, daun muda dan buah). Kemudian auxin menyebar luas
dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah
hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom) atau jaringan
parenkhim. Auksin atau dikenal juga
dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama pada tanaman),
dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara
sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai
aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto nitril, TpyA = Asam
Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu
oleh enzim IAA-oksidase.
Cara pengangkutan auksin memiliki keistimewaan yang
berbeda dengan pengangkutan floem, di antaranya :
1. Pergerakan auksin itu lambat, hanya
sekitar 1 cm jam - 1 di akar dan batang.
2. Pengangkutan auksin berlangsung
secara polar. Pada batang auksin ditransport secara basipetal
(away from apex), sedangkan pada akar,
transport auksin secara akropetal ke arah ujung melalui parenkim vaskuler.
3. Pergerakan auksin memerlukan energi
metabolisme, seperti ditunjukkan oleh kemampuan zat penghambat sintesis ATP
atau keadaan kurang oksigen dalam menghambat pergerakan itu.
f.
Fungsi Hormon Auksin
Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memacu
proses pemanjangan sel. Hormon auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik
tumbuh) pucuk tumbuhan. Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak
aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya
matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari.
Akibatnya, tumbuhan akan membengkok ke arah cahaya matahari. Auksin yang
diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan
diferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apikal (ujung)
batang dapat menghambat tumbuhnya tunas lateral (samping) atau tunas ketiak.
Bila tunas apikal akan menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini disebut dominansi
apikal.
Fungsi lain dari auksin adalah merangsang
kambium untuk membentuk xilem dan floem, memelihara elastisitas dinding sel,
membentuk dinding sel primer (dinding sel yang pertama kali dibentuk pada sel
tumbuhan), menghambat rontoknya buah dan gugurnya daun, serta mampu membantu
proses partenokarpi. Partenokarpi adalah proses pembuahan tanpa penyerbukan.
Pemberian hormon auksin pada tumbuhan akan menyebabkan terjadinya pembentukan
buah tanpa biji, akar lateral (samping), dan serabut akar. Pembentukan akar
lateral dan serabut akar menyebabkan proses penyerapan air dan mineral dapat
berjalan optimum.Selain itu Fungsi dari hormon auksin ini adalah membantu dalam
proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan
batang, mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel,
mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. kerja hormon
auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin.
Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari
oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena kerja auksin dihambat oleh
matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari
pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal
ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar
matahari atau yang disebut dengan fototropisme.2.8 pengertian hormon gibralin
2.3
Hormon Gibrelin
a. Pengertian Hormon Gibrelin
Giberelin (bahasa Inggris: gibberellin) atau
asam giberelat (bahasa Inggris: gibberellic acid, disingkat GA) adalah semua
anggota kelompok hormon tumbuhan yang memiliki fungsi yang serupa atau terkait
dengan bioassay GA1. GA hadir pada hampir sepanjang hidup tumbuhan dan
diketahui mengatur perkecambahan, pemanjangan batang, pemicuan pembungaan,
perkembangan kepala sari (anther), perkembangan biji dan pertumbuhan perikarp.
Selain itu, fitohormon ini juga berperan dalam tanggapan terhadap rangsang
melalui regulasi fisiologis yang terkait dengan mekanisme biosintesisnya.
Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam
dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA bioaktif) dan giberelin nonaktif.
Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif) mengontrol beragam aspek
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji, batang
perpanjangan, perluasan daun, dan bunga dan pengembangan benih. Hingga tahun
2008 terdapat lebih daripada seratus GA telah diidentifikasi dari tanaman dan
hanya sejumlah kecil darinya, seperti GA1 dan GA4, diperkirakan berfungsi
sebagai hormon bioaktif.
Giberelin pertama kali dikenali pada tahun 1926
oleh seorang ilmuwan Jepang, Eiichi Kurosawa, yang meneliti tentang penyakit
padi yang disebut "bakanae". Hormon ini pertama kali diisolasi pada
tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari strain cendawan Gibberella fujikuroi.
Isolat ini lalu dinamai gibberellin.
b. Fungsi Hormon Gibralin
1.
Membantu pertumbuhan tunas
embrio
2.
Membantu perkecambahan embrio
3.
Membantu merangsang
pembentukan enzim amylase, maltase, dan pemecah protein
4.
Membantu pembentukan biji
5.
Munculnya buah tanpa biji
6.
Mampu memecah senyawa amilum
untuk menghasilkan senyawa glukosa
7.
Meninggikan tumbuhan kerdil
menjadi tumbuhan normal
8.
Membantu dalam proses
pembentukan biji
9.
Merangsang serbuk sari atau
polen
10. Membantu memperbesar ukuran pada buah
11. Membantu merangsang pembentuka bunga
12. Membantu menghentikan masa dorminasi biji (kebalikan hormone sitokinin)
13. Dengan konsentrasi rendah, tidak merangsang pembentukan akar
14. Dengan konsentrasi tinggi, bisa merangsang pembentukan akar
15. Membantu pembentukan bunga
16. Membantu mempercepat pertumbuhan
17. Mempu menyebabkan tanaman berbunga sebelum musimnya
18. Membancu mempercepat aktivitas cambium
19. Membantu perkecambahan biji
c. Cara Kerja Hormon Gibralin
Peran utama hormon giberelin adalah dalam proses
pemanjangan sel yang berpengaruh langsung terhadap auksin. Mekanismenya adalah
sebagai berikut:
Hormon giberelin berpengaruh terhadap konsentrasi kadar auksin melalui
pembentukan enzim proteolitik yang akan melepaskan asam amino triptofan
(pembentuk auksin) sehingga akan meningkatkan kadar auksin pada tumbuhan serta
merangsang pembentukan polihidroksi asam sinamat, yang mampu menghambat kerja
enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim perusak auksiGiberelin
dapat memacu terbentuknya enzim α-amilase yang akan menghidrolisis pati
sehingga kadar gula dalam sel akan naik. Hal ini akan mengakibatkan air lebih
banyak masuk sehingga proses pemanjangan sel terjadi.
d. Akibat Kekurangan dan
Kelebihan Hormon Gibralin
Kelebihan :
a. Mendorong perkembangan biji
b. Menghilangkan dormansi biji
c. Perkembangan kuncup
d. Pemanjangan batang dan pertumbuhan daun
e. Mendorong pembungaan dan perkembangan buah secara partenogenesis
f. Mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar.
Kekurangan :
a. Pembungaan terganggu, pematangan buah terganggu
b. Buah berukuran lebih kecil
c. Kekerdilan pada tanaman
d. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat
e. Mekanisme Hormon Gibralin
Salah satu efek fisiologis dari giberelin adalah
untuk memacu aktivitas enzim-enzim hidrolitik pada proses perkecambahan
biji-biji serealia. Pada proses perkecambahan ini diperlukan suatu enzim yang
mampu menghidrolisis pati menjadi gula.
Hasil studi dengan biji jelai memperlihatkan
bahwa embrio jelai menyediakan suatu fitohormon yaitu asam giberelin yang
berdifusi ke lapisan aleuron, dan fitohormon tersebut memacu sel-sel aleuron
untuk membuat enzim hidrolitik ( amilase, protease b glucase, fosfatase, dan
lain-lain ). Enzim-enzim hidrolitik tersebut kemudian berdifusi ke endosperm
dan merubah molekul-molekul makro yang disimpan di endosperm menjadi gula,
asam-asam amino, nukleotida, dan lain-lain. Zat-zat inilah yang kemudian
berperan menjamin pertumbukan dari embrio biji tersebut.
f.
Terhadap Perkembangan Tumbuhan
Giberelin sangat berpengaruh
pada sifat genetik (genetic dwarfism), pembungaan, penyinaran, partohenocarpy,
mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi
lainnya. Giberelin mempunyai peranan dalam mendukung perpanjang sel (cell
elongation), aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa
protein.
Giberelin bepengaruh pada
pengembangan dinding sel. Penggunaan giberelin akan mendukung pembentukan enzim
proteolitik yang akan membebaskan triptopan sebagai asal bentuk dari auksin.
Hal ini berarti bahwa kehadiran giberelin tersebut akan meningkatkan kandungan
auksin. Mekanisme lainnya menerangkan bahwa giberelin akan menstimulasi cell
elongation, karena adanya hidrolisa pati yang dihasilkan dari giberelin, akan
mendukung terbentuknya α amylase. Sebagai akibat dari proses tersebut, maka
konsentrasi gula meningkat yang mengakibatkan tekanan osmotik di dalam sel
menjadi naik, sehingga ada kecenderungan sel tersebut berkembang.
Pembentukan bunga pada
tumbuhan tergantung pada beberapa faktor, termasuk umur dan keadaan lingkungan.
Misalnya perbandingan lamanya siang dan malam sangat berpengaruh pada beberapa
spesies. Beberapa spesies hanya berbunga apabila lamanya siang hari melewati
titik kritis tertentu dan yang lainnya hanya berbunga jika lamanya siang hari
lebih pendek dari titik kritis tertentu. Giberelin dapat menggantikan hari
panjang yang dibutuhkan oleh beberapa spesies, hal ini pun menunjukkan adanya
interaksi dengan cahaya. Giberelin juga memenuhi kebutuhan beberapa spesies
pada saat musim dingin untuk menginduksi pembungaan atau agar berbunga lebih
awal (vernalisasi).
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Beberapa
jenis hormon tumbuh antara lain AIA, NAA, 2,4 D sebagai zat pengatur tumbuh
yang secara keseluruhan termasuk hormon auksin sintetis yang tidak disintesis
oleh tumbuhan itu sendiri. Hormon AIA, NAA, 2,4 D bersama auksin mampu mengatur
pembesaran sel dan memacu pemanjangan dan pembesaran sel di daerah belakang
meristem ujung dan merangsang perkembangan akar lateral.
Auksin adalah senyawa asam asetat
dengan gugus indol bersama derivatnya. Auksin alamiah yang diekstraksi dari
tumbuhan merupakan senyawa yang dinamai asam indolasetat (indoleacetic acid,
IAA).
Auksin banyak diproduksi di jaringan
meristem pada bagian ujung-ujung tumbuhan, seperti kuncup bunga, pucuk daun dan
ujung batang. Selain itu di embrio biji. Auksin tersebut disebarkan ke seluruh
bagian tumbuhan, tetapi tidak semua bagian mendapat bagian yang sama. Bagian
yang jauh dari ujung akan mendapatkan auksin lebih sedikit. Fungsi utama auksin
yaitu merangsang pemanjangan batang, pertumbuhan, diferensiasi, percabangan
akar, perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme, dan gravitropisme.
Auksin dan pemanjangan sel, Meristem
apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis auksin. Karena auksin dari
apeks tunas bergerak turun ke daerah pemanjangan sel, sehingga hormon akan
merangsang pertumbuhan sel – sel tersebut. Auksin berpengaruh hanya pada
kisaran konsentrasi tertentu, yaitu sekitar 10 -8 sampai 10-3 M.
Zat
pengatur tumbuh tanaman yang dihasilkan oleh tanaman disebut fitohormon,
sedangkan yang sintetik disebut zat pengatur tumbuh tanaman sintetik. Giberelin
(GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus
hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan,
induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Fungsi
giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang
ada di dalam tanaman tersebut
Terdapat
dua fase giberelin dalam tumbuhan, yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif) dan
giberelin nonaktif. Giberelin aktif berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan
perkembangan bagian-bagian tumbuhan mulai dari biji hingga dewasa. Giberelin
ini merangsang pertumbuhan primer pada tumbuhan
DAFTAR PUSTAKA
Anonymousa.2011.http://artikelterbaru.com/pendidikan/fungsi-hormon-dan-vitamin-untuk-tumbuhan-2011107.html
Anonymousb.2011.http://mybioma.wordpress.com/category/fisiologi-produksi-tumbuhan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar